"Kalau tidak melakukan perubahan, sedangkan KUR-nya 92%, ini bahaya. Artinya, akhirnya bebannya jadi mahal. Tapi tadi disampaikan alhamdulillah pertumbuhan (Mandiri) masih 14,9%, itu 2% di atas yang lainnya," ucapnya.
Adapun hal paling menggembirakan, kata Erick, digitalisasi Bank Mandiri mampu mengefisiensikan hampir Rp15 triliun. Menurutnya, hal ini ditopang dengan keberhasilan SuperApps Livin' Mandiri yang semakin digemari anak muda.
"Apalagi kita juga dorong Livin' bekerja sama untuk pariwisata yang mana kita punya InJourney (holding pariwisata), ada bandara, hotel, Sarinah, ini ekosistem yang besar," lanjut Erick.
Erick mengingatkan, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia terletak pada dua hal utama yakni konsumsi domestik dan invetasi, baik melalui hilirisasi sumber daya alam atau industrialisasi pangan. BUMN, ucap Erick, berkomitmen membantu pemerintah yang menargetkan investasi masuk sebesar Rp1.400 triliun.
"Kalau dari project BUMN sendiri tahun ini Rp127 triliun, ini bukan dari bursa, kalau bursa lain lagi, entah dari aksi korporasi dan lain-lain. Kita juga mendorong program-program buku biru investasi di BUMN secara transparan. Salah satu yang ditonjolkan Bank Mandiri ada investasi dari private sektor," tuturnya.
(YNA)