sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Panduan Menghadapi Ekonomi Indonesia di Tahun Pemilu 2024

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
01/12/2023 07:30 WIB
Tim Riset IDX Channel merangkum tantangan ekonomi yang perlu diwaspadai Indonesia jelang tahun politik 2023 menurut paparan Bank Indonesia.
Panduan Menghadapi Ekonomi Indonesia di Tahun Pemilu 2024. (Foto: Freepik)
Panduan Menghadapi Ekonomi Indonesia di Tahun Pemilu 2024. (Foto: Freepik)

Di era suku bunga tinggi, tingkat inflasi tahunan di AS melambat menjadi 3,2 persen pada Oktober 2023 dari 3,7 persen pada September dan Agustus, dan di bawah perkiraan pasar sebesar 3,3 persen. Sementara itu, CPI inti secara tak terduga naik 4 persen dalam setahun dan 0,2 persen dalam sebulan, di bawah perkiraan masing-masing sebesar 4,1 persen dan 0,3 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Inflasi negara maju baru turun di 2024, namun itu pun masih di atas target inflasi. "Ini karena tingginya harga energi dan pangan global, dan keketatan pasar tenaga kerja," ungkap Perry.

Sementara, menurut outlook OECD, inflasi harga konsumen diperkirakan akan terus menurun secara bertahap hingga mencapai target bank sentral di sebagian besar negara pada 2025, karena tekanan biaya yang moderat. Inflasi harga konsumen di negara-negara OECD diperkirakan menurun dari 7,0 persen pada 2023 menjadi 5,2 persen pada 2024 dan 3,8 persen pada 2025.

  1. Tingginya suku bunga acuan AS

Suku bunga acuan AS yang masih tinggi dalam waktu yang cukup lama masih akan menjadi beban bagi perekonomian global tahun depan. Sejak Maret 2022 hingga November 2023, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 11 kali dengan kenaikan akumulatif sebesar 525 basis poin.

Kini, The Fed kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25 persen-5,50 persen dalam rapat kebijakan FOMC Meeting yang berakhir pada Rabu (1/11) waktu AS.

Dalam 14 kali pertemuan, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 11 kali. Level FFR saat ini juga merupakan yang tertinggi dalam 22 tahun.

BI juga menyoroti Yield US Treasury yang terus meningkat karena bengkaknya utang AS. Meski demikian, per Rabu (29/11), imbal hasil obligasi pemerintah di seluruh dunia turun setelah komentar dovish dari pejabat bank sentral AS.

Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10-tahun turun menjadi 4,26 persen dan merupakan level terendah sejak pertengahan September.

Hal serupa juga dialami imbal hasil obligasi pemerintah Jerman bertenor 10-tahun yang merupakan patokan untuk Kawasan Euro, turun menjadi 2,43 persen dan menjadi yang terendah dalam sekitar 4 bulan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Penurunan serupa juga terjadi pada imbal hasil Gilt 10-tahun di Inggris yang turun ke angka 4,2 persen. Ini karena investor mencerna pernyataan hawkish dari para pengambil kebijakan Bank of England, sambil menantikan serangkaian data ekonomi global yang dijadwalkan akhir pekan ini, termasuk arah kebijakan moneter The Fed.

Sementara imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun juga turun di bawah 0,7 persen, merosot ke level terendah dalam hampir tiga bulan dan mengikuti penurunan imbal hasil obligasi AS.

  1. Kuatnya Dolar AS

Dolar AS sempat menguat beberapa waktu lalu AS yang menyebabkan kejatuhan nilai tukar mata uang di seluruh dunia, termasuk rupiah. Rupiah sempat mendekati level Rp16 ribu per USD, sementara per Kamis (30/11) sudah mulai menguat di level Rp15.484 per USD. Meski demikian, dalam setahun, rupiah sudah melemah 1,58 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Per Kamis (30/11) indeks dolar juga turun ke level 102,79 dan mengalami penurunan sekitar 3 persen dalam sebulan, karena pidato The Fed baru-baru ini memperkuat spekulasi bahwa bank sentral ini sudah selesai menaikkan suku bunga dan dapat mulai menurunkan suku bunga berikutnya. (Lihat grafik di bawah ini.)

  1. Keluarnya modal asing dari negara berkembang ke negara maju

Faktor kelima adalah cash is the king. Artinya, ada pelarian modal asing dalam jumlah besar, dari negara berkembang ke negara maju.

"Sebagian besar lari ke AS karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar," jelas Perry.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement