sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pasokan Bahan Baku Menipis, Ekspor Karet Sumut Merosot 18,68 Persen

Economics editor Wahyudi Aulia Siregar
02/04/2024 03:00 WIB
Nilai ekspor karet Sumatera Utara (Sumut) turun 18,68 persen di Februari 2024 atau senilai USD746,834 juta.
Pasokan Bahan Baku Menipis, Ekspor Karet Sumut Merosot 18,68 Persen (Foto: MNC Media)
Pasokan Bahan Baku Menipis, Ekspor Karet Sumut Merosot 18,68 Persen (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai ekspor karet Sumatera Utara (Sumut) turun 18,68 persen di Februari 2024 atau senilai USD746,834 juta.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Nurul Hasanudin, mengatakan golongan barang yang mengalami kenaikan nilai ekspor terbesar pada Februari 2024 terhadap Januari 2024 adalah golongan kopi, teh, rempah-rempah yaitu naik sebesar USD 15,47 juta (49,49%).

"Sedangkan golongan barang yang mengalami penurunan nilai ekspor terbesar di antara 10 golongan barang utama adalah golongan karet dan barang dari karet sebesar USD 6,04 juta (-9,00%)," sebut Hasanudin, Senin (1/4/2024).

Hasanudin menyebutkan, ekspor ke Tiongkok pada Januari 2024 merupakan yang terbesar yaitu USD 138,37 juta. Diikuti Amerika Serikat sebesar USD 110,71 juta dan India sebesar USD46,94 juta. "Kontribusi ketiganya mencapai 39,63 persen," jelasnya.

Menurut kelompok negara utama tujuan ekspor pada Januari 2024, ekspor ke kawasan Asia (di luar ASEAN) merupakan yang terbesar dengan nilai USD249,00 juta (33,34%).

Sedangkan nilai impor melalui Sumatera Utara Februari 2024 atas dasar CIF (cost, insurance & freight) sebesar USD 454,10 juta atau meningkat sebesar 1,09 persen dibandingkan Januari 2024 yang bernilai sebesar USD 449,20 juta.

"Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, nilai impor mengalami peningkatan sebesar 20,71 persen," terangnya.

Sementara nilai impor menurut golongan penggunaan barang Februari 2024 dibanding Januari 2024, bahan baku/penolong meningkat sebesar 8,79 persen sedangkan barang modal dan barang konsumsi turun masing-masing sebesar 14,28 persen dan 33,10 persen.

Pada Februari 2024, golongan barang yang mengalami kenaikan nilai impor terbesar adalah bahan bakar mineral dengan nilai sebesar USD 31,64 juta (46,72%). Sedangkan golongan barang yang mengalami penurunan nilai impor terbesar adalah golongan plastik dan barang dari plastik sebesar USD10,93 juta (-34,94%).

"Nilai impor Februari 2024 dari Tiongkok merupakan yang terbesar yaitu USD 101,93 juta dengan perannya mencapai 22,45 persen dari total impor Sumatera Utara, diikuti Malaysia sebesar USD 68,45 juta (15,08%) dan Singapura sebesar USD 65,87 juta (14,51%)," tukasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Eksekutif pada Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah, mengatakan volume ekspor karet alam asal Sumatera Utara pada Februari 2024 hanya sebesar 20.285 ton. Turun 21,37 persen (mtm) dibanding bulan sebelumnya.

Sementara bila dibanding Februari 2023 (yoy), terjadi penurunan sebesar 26,28%. Bila melihat rata-rata normal bulanan sekitar 42 ribu ton terlihat kinerja ekspor karet Sumatera Utara terus melemah.

Penurunan ini, kata Edy, dipicu semakin terbatasnya ketersediaan bahan olah karet (BOKAR) sebagai bahan baku industri pengolahan karet, khususnya untuk produksi karet remah (crumb rubber).

"Ekspor pada pengapalan Februari 2024, ada 28 negara tujuan ekspor, adapun lima posisi teratas adalah Jepang 32,25%; Amerika Serikat 9,87%; Canada 9,05%; Brazil 7,35%; dan Tuki 7,16%," kata Edy pada Selasa, 26 Maret 2024 lalu.

Berkurangnya pasokan BOKAR saat ini, sambung Edy, selain akibat adanya konversi kebun karet ke komoditi lainnya, juga dipengaruhi musim kemarau. Dimana secara umum saat ini produksi karet di area Sumatera Utara sedang berada pada puncak penurunan produksi.

"Keadaan ini diperberat akibat sumber BOKAR impor dari Afrika saat ini sudah dilarang ekspor, kalaupun masih ada untuk menyelesaikan kontraknya lama," pungkas Edy.

Saat ini sudah ada perbaikan harga dibandingkan bulan lalu. Harga rata-rata bulanan untuk Maret karet TSR-20 sampai tanggal 25 di bursa berjangka Singapura sebesar 164,22 sen AS per kg atau naik 8,72 sen dibandingkan rata-rata Februari. Kenaikan harga ini dipicu oleh semakan terbatasnya ketersediaan bahan baku baik di Indonesia maupun negara produsen utama karet lainnya.

"Kenaikan harga yang terjadi saat ini kurang dirasakan oleh petani karena hasil panennya menurun tajam akibat musim kemarau. Produksi bahan baku karet pada Maret ini diperkirakan masih terganggu di mana sedang memasuki puncak penurunan produksi," tandasnya.

(DES)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement