Pasca merger, Pelindo masih melakukan berbagai inisiatif seperti standarisasi layanan operasional dan digitalisasi. Menurutnya, semakin cepat kegiatan bongkar-muat di pelabuhan, semakin cepat pula pasokan rantai logistik, sehingga menciptakan efisiensi di sisi biaya.
"Artinya kalau kita bicara supply chain, itu pelabuhan itu kan sebenarnya ada di titik ketika barang itu dilakukan bongkar-muat, dari situ bongkar maupun dari sisi muatnya, dari door to port maupun port to door, bagaimana pelabuhan ini bisa memproses kegiatan bongkar muat itu secepat mungkin," kata dia.
Saat ini, jelasnya, skala operasi Pelindo semakin besar, tercatat perusahaan memiliki 71 cabang dengan total lebih dari 110 pelabuhan. Dengan skala operasi yang luas ini, standarisasi layanan membutuh waktu cukup lama.
"Tentunya itu akan memakan waktu, makanya kita punya prioritas, mana pelabuhan yang harus kita lakukan standarisasi terlebih dahulu. Ketika kita sudah melakukan standarisasi, kita mantap dengan prosesnya, orang-orang yang ditransformasi dan sebagainya, baru kita naik tingkatan ke masalah digitalisasi," kata dia.
"Karena kalau kita bicara digital, prosesnya harus kuat dulu, harus fundamentalnya harus duduk dulu di lapangan, orang-orangnya harus di-training terlebih dahulu, baru kita melakukan yang namanya digitalisasi," katanya.
(Dhera Arizona)