AS menilai pemotongan itu dapat merugikan ekonomi dunia, sekaligus khawatir hal itu justru memicu kenaikan harga bensin yang lebih tinggi, jelang pemilihan paruh waktu AS pada bulan November mendatang.
"Kami memberikan analisis kepada Arab Saudi untuk menunjukkan bahwa tidak ada basis pasar untuk memangkas target produksi, dan bahwa mereka dapat dengan mudah menunggu pertemuan OPEC berikutnya untuk melihat bagaimana perkembangannya," kata Jack Kirby, juru bicara Gedung Putih seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (15/10/2022).
Arab Saudi menolak kritik AS tersebut dengan mengatakan bahwa keputusan OPEC+ itu adalah hasil konsensus dengan mempertimbangkan keseimbangan pasokan dan permintaan dan ditujukan untuk membatasi volatilitas pasar.
"Kerajaan mengklarifikasi melalui konsultasi berkelanjutan dengan pemerintah AS bahwa semua analisis ekonomi menunjukkan bahwa menunda keputusan OPEC+ selama sebulan, menurut apa yang telah disarankan akan memiliki konsekuensi ekonomi negatif,” ujar Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, sebagaimana dilansir dari Reuters, Sabtu (15/10/2022).