IDXChannel - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Hasran, mendesak pemerintah segera mengimpor beras. Hal ini untuk menjaga ketersediaan stok dan keterjangkauan harga beras di masyarakat jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Lebih lanjut, dia mengatakan impor perlu dilakukan karena ada tiga kondisi yang terjadi di Indonesia. Pertama, ketersediaan cadangan beras tidak mencukupi hingga waktu panen tiba.
Kedua, harga beras mengalami peningkatan, baik di pasar tradisional maupun di supermarket. “Ketiga, harga beras nasional lebih mahal dibandingkan harga beras di pasar internasional," ujar Hasran di Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Menjelang akhir tahun, kata dia, ada kecenderungan kenaikan harga beras yang berulang setiap tahunnya karena adanya peningkatan permintaan jelang Nataru. Tidak lama lagi juga Indonesia akan masuk ke Bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
“Sementara sebagaimana yang kita lihat, krisis iklim sudah berdampak pada sektor pertanian dengan berkurangnya produksi, yang sangat mungkin terjadi akibat tertundanya musim panen dan musim tanam,” tambah Hasran.
Cadangan beras di tingkat nasional pada pekan keempat September 2022 mencapai 6,8 juta ton. Menurutnya, stok sebanyak ini diperkirakan hanya mampu bertahan selama 81 hari, dengan asumsi pemakaian stok beras per harinya mencapai 84.330,07 ton.
Pasalnya, musim panen baru akan terjadi pada Februari sehingga masih ada permintaan beras selama sebulan yang harus dipenuhi.
Di sisi lain, Hasran memaparkan kenaikan harga beras di dalam negeri relatif rendah secara bulanan belakangan ini. Data Indeks Bulanan Rumah Tangga (Indeks Bu RT) CIPS menunjukkan, rata-rata harga beras di supermarket Jakarta tidak berubah dari Juli hingga Oktober 2022 di Rp12.800/kg.
Namun jika dibandingkan dengan Oktober 2021, harganya masih lebih tinggi 2,22%. Untuk pasar tradisional, data PIHPS menunjukkan kenaikan secara bulanan pada harga beras yang terjadi sejak Juli yang naik sebesar 3,46%.
Dibandingkan bulan September, harga beras di pasar tradisional naik dari Rp 11.750/kg pada September menjadi Rp 11.950/kg pada Oktober. Selain itu, harga beras bulan Oktober merupakan yang tertinggi dalam setahun terakhir.
Hasran menilai, kenaikan tersebut memberatkan para ibu rumah tangga khususnya keluarga berpenghasilan rendah. Sebab, mayoritas mereka membeli kebutuhan pokoknya di pasar tradisional.
"Tentu saja kenaikan harga di pasar tradisional ini berdampak terhadap mereka, karena mayoritas keluarga berpenghasilan rendah menghabiskan sebagian penghasilannya untuk konsumsi pangan," kata dia.
(FRI)