Dibandingkan triwulan sebelumnya, ekonomi RI juga mengalami pertumbuhan sebesar 3,72 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,15% Dari sisi pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 32%.
Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia pada Februari 2022 sebesar 5,8%, turun sebesar 0,43% poin dibandingkan dengan Februari 2021.
Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil sampai 2023 sebesar 5,1%. Proyeksi ini tertuang dalam laporan East Asia and the Pacific Economic Update edisi Oktober 2022.
Menurut Chatib Basri, ia masih memandang optimis ekonomi Indonesia di tengah perlambatan global ini.
“Saya cukup optimis karena share ekspor terhadap PDB hanya 25%, sehingga dampak global spillover ke Indonesia cukup terbatas. Jika dibandingkan dengan Singapura, share ekspor ke PDB mencapai 200%,” katanya
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga September 2022 mencapai USD219,35 miliar, masih naik 33,49% dibanding periode yang sama tahun 2021.
Ekspor nonmigas pada September 2022 mencapai USD23,48 miliar, naik 19,26% jika dibanding September 2021.Sementara itu, ekspor nonmigas mencapai USD207,19 miliar atau naik 33,21%.
Menurut Chatib, kondisi kunci untuk mengakhiri ini adalah peran Kementerian Keuangan dalam menyusun kebijakan fiskalnya.
“Sumber pertumbuhan mungkin datang dari Kementerian Keuangan, dengan melakukan fiscal expansion akan mengontrol perlambatan ekonomi yang mungkin akan disertai dengan pengetatan kebijakan moneter dari BI,” jelas Chatib.
Tak lupa ia juga menyebut sektor yang paling terdampak adanya perlambatan global seperti sektor energi dan komoditas karena perlambatan permintaan. Terlebih, menurutnya sekitar 60% ekonomi Indonesia ditopang oleh keduanya.
“Di tahun depan kita tidak akan lagi merasakan trade surplus. Tapi Indonesia masih bisa memperoleh keuntungan dari peningkatan harga minyak dan batu bara sebagai salah satu negara eksportir terbesar. Pengecualian mungkin dari sisi permintaan batu bara karena meningkatnya permintaan dari Eropa, itulah kenapa harga batu bara masih cenderung stabil,” kata Chatib.
Dampak dari narasi resesi ini membuat orang ragu dan khawatir. Narasi resesi juga menyebabkan orang akan berada pada sikap menunggu dan melihat, termasuk menunda keputusan pengeluaran.
Namun, dengan menyimak sejumlah data soal Indonesia di muka, sentimen negatif soal resesi tersebut mesti disikapi pula dengan secercah optimisme. (ADF)