Tak ayal, laporan safeguardglobal.com menyebutkan, Indonesia masuk 10 besar penyumbang produk manufaktur dunia, yang sekaligus satu-satunya negara ASEAN di dalam daftar tersebut.
Berdasarkan publikasi tersebut, Indonesia berkontribusi sebesar 1,4 persen kepada produk manufaktur global. Posisi prestisius ini merupakan kenaikan yang berarti, karena pada empat tahun yang lalu, Indonesia masih berada di posisi 16.
Seiring dengan harapan membaiknya kondisi global dan perekonomian nasional, Agus pun optimistis performa industri manufaktur semakin menjulang di Tahun Naga Kayu.
"Kami memproyeksi untuk pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun 2023 sebesar 4,81 persen, dan kami tetapkan target tahun 2024 sebesar 5,8 persen," ungkap Agus.
Guna membidik sasaran tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus menjalankan berbagai program prioritas pada 2024. Misalnya, program pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kompetensi, program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan kepada pelaku industri kecil dan menengah (IKM), serta program penumbuhan wirausaha baru dan pengembangan IKM startup berbasis teknologi.
Selain itu, upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing industri dilaksanakan melalui program sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), melanjutkan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batubara.
"Kami juga akan melaksanakan program bantuan pemerintah untuk pembelian KBLBB roda dua baru, pengembangan kawasan industri, serta fasilitasi sertifikasi industri hijau," papar Agus.
Sedangkan, postur pagu anggaran Kemenperin dalam APBN di 2024 ini tercatat sebesar Rp3,76 triliun.
Agus pun menegaskan, pihaknya bertekad mengoptimalkan penyerapan anggaran untuk melaksanakan berbagai program prioritas dalam upaya pengembangan industri nasional.
Pada 2023, pagu Kemenperin mencapai Rp4,53 triliun, termasuk di dalamnya adalah pagu Anggaran Belanja Tambahan (ABT) subsidi motor listrik sebesar Rp1,4 triliun.
"Penyerapan anggaran kami pada tahun 2023 sebesar Rp3,16 triliun. Tetapi jika tanpa ABT subsidi motor listrik, realisasinya sebesar 98,3 persen atau naik dibanding realisasi tahun 2022 sebesar 98,1 persen," papar Agus.
Sementara, serapan dari program subsidi motor listrik tersebut pada tahun 2023 mencapai 11.532 unit atau senilai Rp80,7 miliar dari target yang ditetapkan sebesar 200.000 unit dengan total anggaran Rp1,4 triliun. (TSA)