Munurut dia, tahun 2022 merupakan tahun di mana jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah tersebut masih terus bertambah dan dipicu oleh pandemi Covid-19, bencana alam, krisis iklim, ketidakadilan sosial ekonomi, konflik sosial politik, krisis pangan dan energi, inflasi, pemerintahan yang buruk dan lain-lain.
Isu perubahan iklim juga menjadi salah satu pemicu terbesar dari eskalasi gejolak kemanusiaan global. Hal itu kemungkinan menyebabkan target Perjanjian Paris, yang membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat C atau lebih rendah, tidak tercapai.
“Hal ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan kita, termasuk kelangkaan pangan dan air yang berujung pada malnutrisi dan peningkatan kesenjangan di berbagai negara. Selain itu, perekonomian dunia juga akan menjadi 10%-18% lebih kecil,” ujar Binny Buchori selaku Steering Committee C20 Indonesia.
Krisis pangan yang memperparah krisis kemanusiaan saat ini juga dipicu oleh lonjakan inflasi dan spekulasi pasar yang menyebabkan kenaikan harga pangan secara signifikan. Menurut laporan Bank Dunia terbaru, lebih dari 80 persen Negara Berpenghasilan Rendah (LIC) dan Negara Berpenghasilan Rendah dan Menengah (LMIC) telah melihat tingkat inflasi di atas 5%.