Adapun langkah kedua, yakni mencari offtaker, salah satunya lewat kerja sama dengan jaringan perhotelan internasional.
"Untuk Jabar saya sudah tandatangan kerja sama dengan jaringan hotel internasional. Misalnya menyediakan sandal hotel, tea bag, kebutuhan daging ayam, telur, sayuran, dan lainnya langsung ke petani atau UMKM," jelasnya.
Kemendag juga membantu para pekaku UMKM untuk membuka pasar online serta memberikan pelatihan penjualan secara online bekerja sama dengan marketplace toko online.
"Jabar memiliki potensi luar biasa. Kami sedang merencanakan agar bisa menyuplai kebutuhan haji dan umrah, khususnya untuk makanan dan minuman. Itu sekitar Rp26 triliun. Jemaah haji kita yang terbanyak, tapi (untuk) makan dan minum ambil dari Vietnam, baju umrah dan haji dari Tiongkok. Ini potensi besar UMKM bisa masuk ke haji dan umrah," katanya.
Meski begitu, pihaknya juga menekankan agar produk UMKM atau petani memiliki standar yang diinginkan pembeli. Khusus petani, juga harus memiliki sertifikat registrasi Good Agricultural Practise (GAP) yang merupakan sertifikasi lahan.
"Lalu sertifikat lain seperti dari kesehatan dan sanitari. Semua itu perlu bantuan dan kolaborasi dari berbagai dinas terkait," tandasnya.
Caption: Peluncuran program Kompor bagi pelaku UMKM dan petani. Melalui program tersebut, pelaku UMKM dan petani didorong menembus pasar ekspor secara mandiri. (RRD)