"Sedangkan nilai impor Swiss ke Jatim senilai USD33,05 juta dengan membawa komoditas berupa mesin pesawat mekanik, buku dan barang cetakan, bahan kimia organik, olahan dari tepung, tembakau, produk industri farmasi dan perangkat optik," imbuhnya.
Kerja sama kedua negara turut menghasilkan nilai investasi yang baik. Swiss yang berada di urutan ke-10 dengan nilai investasi senilai USD551,7 juta mencatatkan 30 perusahaannya bercokol di Jatim.
Sembilan bidang usaha di 11 Kabupaten Kota yang ada di Jatim masing-masing bergerak di bidang industri makanan, industri logam dasar, industri kimia dan farmasi, perdagangan dan reparasi serta transportasi, gudang dan komunikasi.
Melihat potensi investasi yang baik dari Jatim, Adhy menawarkan kepada Dubes Swiss, dua kawasan ekonomi khusus (KEK) dan lima kawasan industri yang tersebar di beberapa daerah untuk mengakomodir kebutuhan dari calon investor dan para pengusaha.
Beberapa di antaranya Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) Kabupaten Pasuruan, Safe n Lock di Kabupaten Sidoarjo, Halal Industrial Park Sidoarjo, Kawasan Industri di Kabupaten Tuban, Sidoarjo, Rangkah Industrial Estate (SIRIE) di Kabupaten Sidoarjo.
"Berbagai potensi dan peluang serta kemudahan berusaha ditawarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang didukung dengan iklim usaha yang kondusif," jelasnya.
Sementara itu, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN Olivier Zehnder mengatakan, Surabaya memiliki ekonomi terkuat di Indonesia. Sehingga dalam pertemuan ini akan mengembangkan lebih jauh kerja sama di bidang ekonomi antara Jatim dengan perusahaan Swiss yang ada di Surabaya serta berbicara dengan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) mengenai potensi-potensi kerja sama yang akan dibangun ke depannya.
"Akan dilakukan pembahasaan lebih dalam untuk mengembangkan kerja sama yang lebih baik. Mengingat Surabaya khususnya secara luas Jatim memiliki kekuatan dan ada beberapa sektor yang bisa dikerjasamakan antara Swiss dan Jatim ke depannya," pungkasnya.
(FRI)