sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pemulihan Ekonomi Global Lewat G20, antara Harapan dan Kenyataan

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
10/10/2022 10:00 WIB
G20 didesain untuk merespon krisis global dengan sejumlah inovasi. Bagaimana peran G20 di tengah ramalan krisis tahun depan?
Pemulihan Ekonomi Global Lewat G20, antara Harapan dan Kenyataan. (Foto: MNC Media)
Pemulihan Ekonomi Global Lewat G20, antara Harapan dan Kenyataan. (Foto: MNC Media)

Sementara peningkatan inflasi global telah memicu kekhawatiran tentang overheating ekonomi di beberapa negara, di sebagian besar negara G20, inflasi juga tercatat menguat.

PDB riil diperkirakan akan berada di bawah tren sebelum Covid hingga akhir 2023. Pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan masih akan menguat menjadi 4,8% tahun depan. Menurut laporan OECD, kesenjangan output atau output gap akan tetap besar, tetapi, defisit transaksi berjalan akan meningkat.

Dilihat dari laporan tersebut, mayoritas negara-negara G20 akan mengalami output gap negatif. Menurut laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), di antara ekonomi G20, hanya Türkiye, Arab Saudi, dan Argentina yang diperkirakan akan menikmati tren output gap positif tahun depan. Indonesia memiliki output gap minus 9,2%.

Output gap memberikan gambaran mengenai kondisi kelebihan permintaan (excess demand) atau kelebihan penawaran (excess supply) dalam perekonomian. Output gap negatif mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang tidak optimum.

Dalam kondisi seperti ini, akan terjadi excess supply atau jumlah barang berlebih sehingga menyebabkan tingkat harga suatu barang jadi turun atau deflasi.

Di tengah peningkatan tingkat inflasi perekonomian Indonesia, output gap yang masih negatif di tahun depan mengindikasikan kapasitas produksi nasional tidak sebanding dengan permintaan (demand) yang cenderung sedikit. Kondisi ini yang perlu diwaspadai.

Sehingga meskipun PDB tumbuh, jikalau output gap-nya masih negatif, akan mengancam di sisi permintaan pasar akan barang.

Di Türkiye, inflasi yang terus-menerus membuat tren pertumbuhan saat ini terbilang rapuh. Beberapa penyesuaian makroekonomi yang restriktif diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat.

Di Arab Saudi, pemulihan yang cepat terkait dengan fluktuasi pasar minyak dunia, yang mencerminkan kenaikan harga dan produksi pasca setelah pecahnya perang di Ukraina.

Argentina, PDB di atas tren sebenarnya adalah pembalikan tren karena ekonomi berkontraksi 0,6% per tahun dalam tiga tahun sebelum pandemi.

Adapun Rusia yang memiliki output gap minus terbesar yakni 12,6% karena efek negatif perang yang bertahan lama terhadap ekonomi Rusia. Sementara negara-negara G20 lainnya diproyeksikan akan mengalami pemulihan ekonomi parsial pada 2023.

Di tengah ramalan resesi yang akan panjang dan sistemik, perlu adanya langkah konkret berupa kebijakan fiskal dari negara G20. Mitigasi diperlukan terutama menghadapi ancaman kenaikan suku bunga hingga menjaga rantai pasok global tetap terjaga agar krisis 2008 tidak kembali terulang. (ADF)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement