IDXChannel - Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat Benang Filamen Indonesia (APsyFi), Redma Gita Wirawasta, pesimistis jika gelaran Pilkada serentak 2024 dapat mengerek geliat pertumbuhan industri tekstil dalam negeri.
Pasalnya, pada perhelatan pemilu legislatif dan Presiden pada pertengahan 2024, konsumsi atribut kampanye tidak terlalu besar.
Redma mengungkapkan, jika membandingkan perhelatan pemilu antara 2019 dengan 2024, konsumsi atribut seperti kaus partai, capres-cawapres, bahkan atribut kampanye para caleg sangatlah timpang. Pada 2019, permintaan atribut kampanye mampu memberi dampak signifikan bagi para pengusaha tekstil Indonesia.
"Penurunan dialami pada pemilu 2024 kemarin, konsumsi atribut kampanye menurun hingga 60-70 persen dari budget pilpres atau pileg," kata Redma dalam rubrik Market Review IDX Channel, Senin (14/10/2024).
Mirisnya, 30-40 persen antribut kampanye ditopang produk impor.
"Jadi pesanan yang kita peroleh itu seperti barang-barang dengan warna partai seperti merah, kuning, hijau dan sebagainya itu sudah tersedia di pasar, itu pun berasal dari impor. Kita cuma kebagian cap printingnya saja. Itu kan impactnya juga sangat minim bagi kami," kata Redma.
Redma mengungkapkan industri tekstil Indonesia masih belum menunjukkan geliat positif. Masih banyak perusahaan tekstil yang terancam menutup pabriknya dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
"Kita sekarang industri tekstil ini utilisasinya masih 40-45 persen, jadi kondisinya masih sama, tidak ada perubahan," kata dia.
(NIA DEVIYANA)