sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Perang Rusia-Ukraina Berpotensi Dongkrak Inflasi Indonesia

Economics editor Michelle Natalia
24/02/2022 16:44 WIB
Konflik Rusia dan Ukraina bisa berdampak pada melambungnya inflasi di Indonesia.
Konflik Rusia dan Ukraina bisa berdampak pada melambungnya inflasi di Indonesia. (Foto: MNC Media)
Konflik Rusia dan Ukraina bisa berdampak pada melambungnya inflasi di Indonesia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Equity And Financial Advisor sekaligus Direktur Utama PT UOB Kay Hian Sekuritas Agoes Halim menilai invasi Rusia ke Ukraina berdampak pada komoditas unggulan dua negara tersebut. Seperti diketahui, negara tersebut bergerak di sektor minyak dan gas. 

"Belum lagi, negara ini selalu suplai ke Eropa dalam komoditas tersebut. Bahkan juga nikel dari lumayan besar. Kemudian komoditas lainnya seperti nikel, gandum dan matahari itu masuk dalam komoditas. Otomatis jika terjadi perang pecah seperti sekarang ini dari negara-negara Eropa, NATO, Amerika bisa saja dapat melakukan embargo atau sanksi ekonomi terhadap Rusia," ujar Agoes di Jakarta, Kamis(24/2/2022). 

Jika mereka menerapkan itu, sambung dia, otomatis akan pasokan globalnya akan berdampak. Menurut Agoes, untuk Indonesia di tahun 2007 benar-benar diuntungkan dari kenaikan harga komoditas. Karena pada waktu itu, Indonesia masih boleh ekspor bahan mentah. 

"Hanya jika aturan saat ini harus menjadi produk olahan terlebih dahulu baru boleh. Hanya diiizinkan pada perusahaan-perusahaan nikel yang sudah memiliki smelter saja, Salah satunya PT. Vale Indonesia Tbk (INCO) meskipun kinerjanya belum terlalu bagus di 2021," ungkapnya.

Padahal sekarang, stok suplai nikel sudah berkurang karena perang Ukraina dengan Rusia ini. Maka akan berdampak pada harga nikel menjulang tinggi, apalagi oil dan gas naik. Otomatis, sambung dia, turunan komoditas seperti batubara juga pasti akan ada kenaikan, sehingga menyebabkan Inflansi di dunia. 

"Kalau saya lihat dampak ke ekonomi Indonesia tidak ada ya, terlihat hanya secara direct aja, yaitu inflasi ekonomi Indonesia ya," ucapnya.

Jika berkaca pada peperangan sebelumnya, perkembangan perekonomian ini sebenarnya mengacu pada faktor government standing.

"Jadi sebenarnya kuncinya gimana negara kita mengontrol inflasi. Karena jika dilihat harga komoditas pangan sudah pada naik dan sudah mulai menunjukkan krisis karena kenaikan ini. Contohnya kacang kedelai naik signifikan. Belum lagi yang dikhawatirkan jagung, sebab jagung merupakan bahan baku pakan ternak seperti unggas (ayam). Di mana sebenarnya unggas ini merupakan terbesar setelah sapi di masyarakat Indonesia ini yang bahaya jika tidak dapat di kontrol," jelasnya.

Dengan harapan pemerintah dapat mengontrol harga komoditi itu, dan dengan naiknya inflasi, pasti mau tidak mau pemerintah menaikan suku bunga, dan pasti banyak masyarakat yang beralih menggunakan investasi di USD, emas dan aset.

"Pasti yang akan aman untuk investasi akan naik ini emas dan USD karena di dukung The Fed menaikan suku bunga," pungkasnya. (TIA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement