Menurutnya, peperangan Rusia dan Ukraina di luar perkiraan PTBA yang menjadi pendorong utama kenaikan harga batu bara sejak awal Maret tahun ini. Dalam perhitungannya, pemulihan ekonomi dunia dan Indonesia menjadi instrumen fundamental utama kenaikan harga komoditas tersebut.
Di luar peperangan kedua negara Barat itu, manajemen memperkirakan pada 2022 harga batu bara relatif seperti tahun lalu atau berada di kisaran 10 persen -24 persen. Hanya saja, Arsal memandang selama konflik berlangsung, maka kenaikan menjadi sangat jauh atau tinggi.
"Tahun ini memang dengan adanya gejolak Uni Soviet (Rusia) dan ukraina membuat batu bara menjadi naik. Tadinya kami tidak memperhitungkan ada peperangan atau konflik, kami pikir keadaan ekonomi sudah mulai stabil. kalau di tahun 2021 harganya memang jauh melonjak karena kebutuhan atau demand, bersamaan sehingga supply dan demand, lebih banyak supply berkurang, harganya naik," kata dia.
PTBA juga tetap menjaga kebutuhan batu bara dalam negeri. Dimana, emiten tetap memasok 25 persen atas domestik market obligation (DMO) yang ditetapkan pemerintah. Di samping itu, manajemen juga terus memanfaatkan peluang ekspor batu bara.
"Peluang ekspor juga kami tetap manfaatkan, semuanya dengan terukur, karena kontrak kami berdasarkan formula dan kami sudah mulai dari awal-akhir tahun, kami punya kontrak jangka panjang," tutur dia. (RAMA)