IDXChannel - Jumlah operasional pesawat terbang di Indonesia dinilai masih di bawah target di tengah naiknya jumlah permintaan penerbangan domestik. Kondisi itu pun menjadi isu utama di industri aviasi Tanah Air.
Direktur Utama PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) Faik Fahmi mengatakan, jumlah pesawat yang melayani penerbangan domestik baru menyentuh 420 armada, jauh di bawah angka efektif yakni 740 armada pesawat. Angka efektif mengacu pada jumlah pesawat yang beroperasi sebelum pandemi Covid-19 atau periode 2019.
“Memang yang sekarang menjadi isu di aviasi industri kan jumlah pesawat yang dioperasikan masih terbatas ya. Kalau kita lihat dulu sebelum pandemi Covid kan ada 740 pesawat untuk melayani domestik, tapi sekarang kan cuma ada 420,” ujar Faik saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, ditulis Rabu (21/8/2024).
Tidak seimbangnya permintaan penumpang dan suplai pesawat menjadi masalah bagi industri peberbangan dalam negeri. Faik menyebut, perkara ini memicu kenaikan harga tiket pesawat.
“Jadi antara demand dan suplai itu enggak balance, ini juga memicu harga tiket menjadi lebih tinggi dan lain sebagainya. Tapi penumpang seluruhnya sudah siap terbang, masalahnya yang di situ aja,” kata dia.
Terbatasnya jumlah pesawat mencuri perhatian banyak pihak sejak awal 2023 lalu. Kala itu, Faik mencatat, banyak pesawat belum dioperasikan, setelah maskapai penerbangan mengembalikan armada ke pihak lessor, lantaran dampak pandemi Covid-19.
"Justru isu saat ini adalah keterbatasan jumlah pesawat yang dioperasikan untuk rute domestik oleh airlines karena dampak Covid, banyak airlines yang mengurangi jumlah pesawatnya, dan penumpang sudah siap mau terbang, ternyata kapasitasnya kurang," ujar dia.
Pada 2023 lalu, PT Angkasa Pura I (Persero) memberikan fleksibilitas jam operasi pesawat, langkah strategi operator bandara mengatasi jumlah pesawat yang minim. Ada izin maskapai penerbangan melakukan extra flight atau penerbangan tambahan.
Faik menilai, extra flight bertujuan mengakomodir penerbangan penumpang ke tempat tujuan mereka.
"Kita mengantisipasi itu dengan memberikan fleksibilitas kepada airlines. Jadi kalau kita lihat di periode Nataru kita memberikan fleksibilitas kepada airlines untuk mengoptimalkan armada yang mereka operasikan dengan memberikan fleksibilitas jam operasi," katanya.
(Dhera Arizona)