Namun, Doddy melihat belum banyak diferensiasi yang diciptakan oleh e-commerce di Indonesia. Selama ini inovasi yang dilakukan hanya berpusat pada pemotongan harga dan pemberian gratis ongkir.
Menurutnya, e-commerce harus memberikan diferensiasi pengalaman pengguna (user experience) untuk bisa bertahan di persaingan yang ketat.
“Misalnya, di Amerika Serikat ada e-commerce pada sektor pakaian yang memberikan user experience dengan mengizinkan pelanggan untuk mencoba baju yang dibeli secara online. Mereka akan mengantarkan pakaian ke rumah pelanggan, dan pelanggan bisa memilih untuk tetap membeli atau mengembalikannya,” ujarnya.
Senada, Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan inovasi dibutuhkan di tengah persaingan ketat. Namun, Bima optimis dengan potensi pasar di Indonesia lantaran besarnya nilai transaksi e-commerce yang mencapai Rp 227,8 triliun atau naik 22,1 persen pada 2022 secara tahunan (year on year) berdasarkan data dari Bank Indonesia.