Kedua, Devialina mengatakan, selain sumur yang sudah menua, eksplorasi untuk mencari sumur-sumur baru di Indonesia pun potensinya tidak lagi sebesar sumur-sumur masa lalu. Sehingga, volume produksi cenderung menurun meski eksplorasi dilakukan, sementara biaya operasional semakin tinggi.
"Banyak yang tidak sebesar seperti dulu, dari sisi volume, biaya semakin tinggi, sehingga banyak proyek marginal," katanya.
Menurutnya, diperlukan insentif dari pemerintah dalam mendorong peningkatan lifting migas. Meskipun, pada semester I-2025 lalu Pertamina Hulu Energi berhasil masih tumbuh positif untuk produksi minyak sebesar 4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Namun untuk produksi gas, tercatat tumbuh positif 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada 2024, produksi minyak Pertamina Hulu Energi tercatat 400 MBOPD, naik menjadi 415 MBOPD pada tahun 2025. Sementara produksi gas pada 2024 sebesar 2.454 MMSCFD, naik menjadi 2.536 MMSCFD pada 2025.
"Yang diperlukan untuk meningkatkan produksi migas ini banyak hal, pertama menemukan temuan baru, baik di Indonesia dan luar, yang merupakan wilayah kerja Pertamina," katanya.
(Dhera Arizona)