Adapun pada 2027 hingga 2030, Pertamina NRE menargetkan untuk mulai melakukan ekspor hidrogen bersih ke pasar internasional dan paralel menggarap pasar domestik. Dan mulai tahun 2031 Pertamina NRE berambisi untuk menjadi eksportir hidrogen bersih dan memimpin ekonomi hidrogen di Indonesia.
Saat ini, Pertamina NRE telah berkolaborasi dengan sejumlah mitra strategis, baik dalam maupun luar negeri, untuk mengembangkan ekosistem hidrogen bersih, antara lain TEPCO, IGNIS, Sembcorp, Chevron, Pupuk Indonesia, dan Krakatau Steel.
"Kolaborasi terbaru yang dilakukan oleh Pertamina NRE adalah nota kesepahaman dengan Transportasi Gas Indonesia (TGI) dalam pengembangan bisnis transportasi hidrogen bersih," paparnya.
Bahkan, kerja sama dengan TEPCO untuk pengembangan hidrogen hijau di area panas bumi Lahendong disetujui NEDO, Lembaga riset dan pengembangan nasional Jepang, untuk mendapat hibah atas riset yang dilakukan dalam inisiatif ini. Kolaborasi-kolaborasi ini diperlukan agar pengembangan menjadi lebih cepat, terdapat transfer teknologi, serta berbagi risiko.
Hidrogen bersih berpotensi memberikan kontribusi yang besar dalam penurunan emisi karbon, terutama untuk sektor-sektor yang sulit dilakukan dekarbonisasi (hard-to-abate industry), seperti pengolahan minyak, industri petrokimia, baja, transportasi laut, dan transportasi berat lainnya.