IDXChannel - Para petani saat ini sudah mulai memanen padi, namun akibat cuaca buruk berdampak pada kualitas yang kurang bagus dan harganya masih tinggi.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Koperasi Pasar Beras Induk Cipinang, H. Zulkifli Rasyid saat ditemui MNC Portal Indonesia pada Jumat 24 Februari 2023.
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Zul itu menjelaskan, kualitas cuaca yang buruk mengakibatkan kadar air beras mencapai 17 persen. Padahal normalnya maksimal 14 persen.
“Beras panen sudah mulai masuk (minggu ini), jadi panen itu sudah mulai masuk, tapi dengan catatan yang pertama kualitasnya kurang bagus karena kadar airnya tinggi, sampai 17 persen, dan harga pun juga masih tinggi,” kata Zul.
Lantaran kondisi cuaca yang tidak lekas membaik, Zul menerangkan beras hasil panen yang dapat petani juga tidak banyak. Hal itu karena para petani kesulitan mengeringkan gabah yang basah karena terkena hujan.
Tambahnya, walaupun beberapa petani besar memiliki pabrik penggilingan yang mengandalkan oven untuk mengeringkan gabah, namun karena jumlah banyak, petani kewalahan sehingga masuk ke pasar menjadi terhambat.
Meski begitu, Zul menyebut kuantitas beras hasil panen petani akan meningkat signifikan pada akhir bulan Maret mendatang.
“Cuaca yang tidak menentu sekarang ini sangat menghalangi masa panen. Karena apa? Kalau cuacanya hujan terus kita tidak bisa jemur. Walaupun beberapa pabrik besar mempunyai oven untuk mengeringkan padi, tapi itu tidak sebagus hasil padi yang dikeringkan dengan terik matahari. Jadi hal itu mendorong panen jadi terhambat,” ungkapnya.
Akibat kuantitas beras yang terbatas serta distribusi yang terhambat itu berdampak pada mahalnya beras panen di pasaran. Zul menyebut harga beras panen rata-rata dijual di atas harga eceran tertinggi (HET) pemerintah.
“Jadi belum bisa kembali harga seperti semula seperti di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk kuantitas juga belum banyak,” jelasnya.
Adapun, untuk harga beras saat ini, papar Zul, masih melonjak bahkan harga beras medium I tembus Rp 15.000 per kilogram di sejumlah provinsi. (RRD)