Sehingga, dana segar itu nantinya dialokasikan untuk menutupi sebagian dari nilai cost overrun. Berdasarkan kesepakatan Indonesia dan China, pembengkakan anggaran kereta cepat 75 persennya ditutupi dengan pinjaman.
Sementara, 25 persen berasal dari anggaran konsorsium Indonesia, yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), Beijing Yawan HSR Co. Ltd. Artinya, dari angka 25 persen itu menggunakan Penyertaan Modal Negara (PMN) KAI sebesar Rp3 triliun dan ekuitas Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
“Jadi cost overrun sudah tentu, jadi sementara dari, ini kan sebenarnya pinjaman dari CDB ini untuk ke KAI untuk injeksi nantinya dalam bentuk pinjaman pemegang saham kepada PT KCIC-nya. Jadi kemarin udah cair, kita lagi proses menurunkan, itu cukup,” ujar Tiko saat ditemui di Ancol, Jakarta Utara, Senin (19/2/2024).
Kata dia, pinjaman yang berasal dari CDB akan dicatatkan sebagai utang KAI. Dalam laporan fakta material yang disampaikan KAI kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), pinjaman itu dicairkan CDB dalam dua seri, yakni dolar AS dan Yuan China.