IDXChannel - PT PLN (Persero) terus berupaya mengejar target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 sekaligus mewujudkan kemandirian energi nasional. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo pun menyuarakan hal tersebut dalam COP28 yang digelar di Dubai.
Darmawan menjadi salah satu panelis dalam acara tersebut dan menjelaskan perubahan iklim merupakan persoalan global, karena 1 ton emisi CO2 di Dubai akan menimbulkan dampak kerusakan yang sama dengan 1 ton emisi CO2 di Jakarta. Maka, satu-satunya cara untuk terus maju adalah melalui kolaborasi.
”Ini adalah masalah global untuk itu kita semua harus berkolaborasi dalam mengatasinya. Di samping itu kami di PLN telah memiliki roadmap yang jelas bagaimana transisi energi di Indonesia betul-betul sukses dilakukan,” tutur Darmawan dalam siaran pers, Minggu (3/12/2023).
Tiga tahun lalu kata Darmawan, PLN berhasil menghapus 13 gigawatt (GW) energi batu bara dalam perencanaan, dan itu berhasil menghindarkan Indonesia dari emisi karbon sebesar 1,8 miliar ton dalam jangka 25 tahun. Kemudian PLN bersama dengan Pemerintah telah merancang ulang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) paling ramah lingkungan dalam sejarah Indonesia.
RUKN merupakan proyek paling hijau sepanjang sejarah di Indonesia lewat strategi Accelerating Renewable Energy Development (ARED).
Darmawan mengungkapkan, RUKN terbaru itu tak hanya berkontribusi dalam mengejar NZE di tahun 2060 atau lebih cepat. Namun RUKN ini memiliki peran ganda yang juga mampu mewujudkan kemandirian energi nasional sehingga tak bergantung pada energi impor.
”Indonesia adalah negara dengan 17 ribu pulau, kita mengelola 5.200 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Energi fosil ini sebagian besar adalah energi impor dan harganya sangat mahal, 1 kilowatt hour (kWh) kira-kira 28 sampai 32 sen. Bagaimana kita bisa beralih dari energi impor ke energi dalam negeri? Kita bisa beralih dari energi fosil ke energi terbarukan (EBT),” kata Darmawan.
Darmawan merinci, pada 2022 konsumsi bahan bakar solar PLTD PLN mencapai 2,9 miliar liter atau setara 5,6% dari seluruh kebutuhan bahan bakar, dengan biaya total sebesar Rp 39,3 triliun.