IDXChannel - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menanggapi temuan Headline Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang memotret kondisi industri yang masih lesu di September 2024.
Kemenperin menilai lesunya sektor industri dalam tiga bulan terakhir akibat kurangnya regulasi yang tepat dari berbagai Kementerian/Lembaga.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menuturkan pihaknya tidak memungkiri penurunan kinerja PMI manufaktur lantaran ekonomi dunia hingga akhir triwulan III-2024 ini masih mengalami perlambatan.
Meski begitu, Agus mengatakan jika berkaca pada negara lainnya, sektor manufaktur justru mengalami ekspansi, berbanding terbalik dengan situasi di Indonesia. Untuk itu, ia mengatakan sektor industri saat ini membutuhkan dukungan tepat dari pemerintah melalui regulasi yang sesuai.
"Agar bisa kembali ekspansif, sektor industri membutuhkan dukungan regulasi yang tepat dari berbagai Kementerian/Lembaga, sehingga industri dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Agus dalam keterangan resminya, Selasa (1/10/2024).
Agus menjelaskan, kondisi industri pada negara-negara di Asia yang masih ekspansi seperti Filipina (53,7), Thailand (50,4), India (56,7), dan Taiwan (50,8). Sementara di Indonesia, indeks PMI hanya meningkat tipis ke 49,2 dari 48,9 di bulan Agustus.
"Kebijakan-kebijakan yang tepat dan dibutuhkan oleh sektor industri di antaranya, tindakan merevisi Permendag No. 8 Tahun 2024, Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Gas Bumi untuk Kebutuhan Domestik, dan Peraturan Menteri Keuangan terkait Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) ubin keramik impor dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) kain impor," kata Agus.
Diketahui sebelumnya, PMI Manufaktur Indonesia mencapai 49,2 pada September 2024, lebih tinggi dari 48,9 di bulan sebelumnya tetapi masih di bawah skor netral 50. Angka di bawah 50 mengindikasikan pelemahan, sementara skor di atasnya menunjukkan ekspansi.
“Kinerja perekonomian sektor manufaktur Indonesia yang mengecewakan berkaitan dengan kondisi makro ekonomi global yang sedang lesu pada September," kata Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence Paul Smith dalam keterangan resmi pada Selasa (1/10/2024).
(Febrina Ratna)