Samuel Sekuritas mencatat dari sisi biaya, pelaku industri menghadapi kenaikan harga input paling tajam dalam delapan bulan terakhir seiring meningkatnya harga bahan baku. Meski demikian, tekanan kompetitif di pasar membuat produsen tidak dapat sepenuhnya meneruskan kenaikan biaya tersebut ke harga jual.
"Harga output hanya naik tipis karena pelaku industri masih berhati-hati menjaga margin keuntungan di tengah sentimen bisnis yang belum sepenuhnya pulih," tulis analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi, Senin (3/11/2025).
Prasetya menjelaskan, perbaikan kinerja sektor manufaktur ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di 4,75 persen pada Oktober 2025.
Dengan inflasi stabil di 2,65 persen secara tahunan atau masih berada dalam target 2,5 persen ± 1 persen, BI menitikberatkan kebijakannya pada stabilitas nilai tukar dan dukungan terhadap likuiditas domestik.
Nilai tukar rupiah yang relatif stabil di sekitar Rp16.600 per USD turut membantu menekan biaya impor bahan baku dan menjaga ekspektasi inflasi. Sentimen global juga ikut menopang, di antaranya peningkatan bertahap permintaan manufaktur dunia serta penurunan harga minyak mentah ke kisaran pertengahan USD 60-an per barel, yang memberi ruang napas bagi sektor padat energi.