sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Produk AS Bebas Tarif Masuk RI, Super Indo Tetap Perkuat Rantai Pasok Lokal

Economics editor Anggie Ariesta
25/07/2025 03:30 WIB
Super Indo menyatakan, bisnis ritelnya tidak terpengaruh oleh dinamika kebijakan bebas tarif impor barang Amerika Serikat (AS) ke Indonesia.
Produk AS Bebas Tarif Masuk RI, Super Indo Tetap Perkuat Rantai Pasok Lokal. (Foto Anggie/IMG)
Produk AS Bebas Tarif Masuk RI, Super Indo Tetap Perkuat Rantai Pasok Lokal. (Foto Anggie/IMG)

IDXChannel - Super Indo menyatakan, bisnis ritelnya tidak terpengaruh oleh dinamika kebijakan bebas tarif impor barang Amerika Serikat (AS) ke Indonesia. Sebab, model bisnis Super Indo sebagai supermarket lokal yang sangat bergantung pada rantai pasok dalam negeri.

"Jadi Super Indo itu adalah supermarket lokal, dan sourcing kami juga kekuatannya dari kekuatan sourcing lokal," ujar Head of Corporate Affairs & Strategic Event Management Super Indo Yuvlinda Susanta saat ditemui IDXChannel, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

Menurut Yuvlinda, hampir 100 persen produk yang dijual di Super Indo berasal dari dalam negeri. Sehingga, pasokan tetap konsisten, harga stabil, dan kualitas terjaga.

"Jadi alhamdulillah tidak terlalu terdampak tentunya dengan adanya dinamika politik di luar sana, jadi kami fokus memang supply chain kami itu diperkuat dari sumber-sumber lokal," kata Yuvlinda.

Ketergantungan pada produk lokal membuat Super Indo terhindar dari volatilitas yang mungkin disebabkan oleh ketegangan perdagangan global. Jarak yang dekat antara sumber pasokan dan gerai juga memungkinkan supermarket ini menjaga konsistensi produk.

Keterangan Yuvlinda sejalan dengan gambaran industri ritel Indonesia yang menunjukkan ketahanan di tengah tantangan ekonomi global.

Meskipun laporan penjualan ritel Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan bulanan pada Mei 2025, proyeksi untuk semester II-2025 tetap optimistis.

Analisis dari berbagai sumber menunjukkan bahwa sektor ritel modern di Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan yang kuat.

Namun, para pelaku usaha juga menghadapi tantangan seperti persaingan yang semakin ketat dan perlunya inovasi, terutama dengan adanya tren digitalisasi dan penggunaan teknologi seperti AI.

Optimisme ini juga didukung oleh pergerakan saham di bursa. Saham-saham di sektor konsumen, baik siklikal maupun non-siklikal, menunjukkan performa yang positif sepanjang tahun, mengindikasikan minat investor yang masih tinggi terhadap sektor ini.

Meskipun demikian, pelaku ritel perlu terus beradaptasi dengan perubahan pasar, termasuk pergeseran preferensi konsumen yang kini semakin mengutamakan produk lokal.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement