Program tersebut ditujukan bukan hanya untuk pengembang yang menggarap rumah-rumah kelas atas, namun juga didorong untuk menggarap rumah-rumah yang untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Seperti yang disampaikan Presiden Jokowi Musuh utama kita adalah climate change, sebingga kita harus beradaptasi, program-program kita harus diarahkan kesana," lanjut Herry.
Menurtnya, biaya untuk membangun rumah hijau sebetulnya tidak memiliki selisih yang jauh dibandingkan dengan rumah-rumah konvensional.
Sehingga diharapkan program IGAHP juga bisa dimanfaatkan oleh para pengembang dalam menciptakan rumah rendah emisi bagi MBR.
Bahkan dijelaskan Herry selisih biaya membangun rumah hijau hanya 2% lebih mahal dibandingkan dengan rumah konvensional, hal itu dapat dilakukan melalui pemanfaatan material, air, dan energi.