Qantas sebelumnya mengumpulkan kerugian sebesar AUD$7 miliar atau Rp72,5 triliun akibat pandemi. Qantas berhasil mencatat laba meskipun biaya bahan bakar melonjak 65 persen dari tingkat pra-pandemi tahun lalu di tengah kekurangan energi yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina.
"Sementara suku bunga dan inflasi diperkirakan akan memukul pengeluara, kami belum melihat tanda-tanda itu," kata Joyce.
“Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa jalan-jalan adalah salah satu hal yang ingin diprioritaskan orang selama 12 bulan ke depan,” imbuhnya.
(WHY)