sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Resesi di Depan Mata, Goldman Sachs Bakal PHK Ribuan Karyawan

Economics editor Febrina Ratna
19/12/2022 08:11 WIB
Goldman Sachs Group Inc (GS.N) disebut-sebut bakal PHK ribuan karyawannya karena kondisi ekonomi yang sulit.
Resesi di Depan Mata, Goldman Sachs Bakal PHK Ribuan Karyawan. (Foto: MNC Media)
Resesi di Depan Mata, Goldman Sachs Bakal PHK Ribuan Karyawan. (Foto: MNC Media)

Rencana terbaru tersebut datang setelah Goldman memangkas sekitar 500 karyawan pada September lalu, setelah menghentikan praktik tahunan selama dua tahun selama pandemi. Bank investasi pertama kali memperingatkan pada bulan Juli bahwa hal tersebut mungkin dapat memperlambat perekrutan dan mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, bank itu tengah menimbang pemotongan tajam terhadap bonus tahunan karyawannya pada tahun ini. Hal tersebut kontras dengan kenaikan 40 persen hingga 50 persen untuk bankir investasi berkinerja terbaik pada 2021.

Seorang analis perbankan di Wells Fargo, Mike Mayo, mengatakan  Goldman perlu menunjukkan biaya variabel yang sama dengan pendapatannya. Terutama setelah memberikan penghargaan khusus selama satu tahun kepada manajer puncak selama masa kejayaannya.

Lebih lanjut Mike mengatakan Goldman Sachs perlu menunjukkan bahwa mereka dapat melakukan hal yang sama ketika bisnis tidak sebaik sebelumnya, dan bahwa mereka dapat memenuhi pepatah lama di Wall Street, yang mengatakan bahwa mereka 'makan apa yang mereka bunuh’.

Sejauh ini, saham perusahaan Goldman dikabarkan turun 1,3% dalam perdagangan sore bersama saham JPMorgan & Chase Co (JPM.N) dan Morgan Stanley (MS.N), yang masing-masing turun 0,6% dan 1,3%. Tak hanya itu, saham GS telah merosot hampir 10% tahun ini. Tetapi mereka tetap mengungguli indeks bank S&P 500 (.SPXBK) yang lebih luas, yang turun 24% tahun ini.

Bank global, termasuk Morgan Stanley (MS.N) dan Citigroup Inc (C.N), telah mengurangi tenaga kerja mereka dalam beberapa bulan terakhir karena suku bunga yang tinggi, ketegangan antara Amerika Serikat dan China, perang antara Rusia dan Ukraina, dan melonjaknya inflasi.

Penulis: Alyssa Nazira

(FRI)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement