"Artinya, katakanlah investasi di situ (eksplorasi) tapi tidak dapat sama sekali, maka kerugian melekat. Negara sebagai pemilik lahan tidak menanggung kerugian sama sekali," kata Komaidi.
"Problem-nya, sebagian besar tugas ini (eksplorasi) sudah melekat di Pertamina atau BUMN. BUMN itu, kalau sampai gagal, itu termasuk merugikan negara. Kalau merugikan negara, pakai rompi kuning (korupsi)," ujarnya.
Menurutnya, dalam bisnis keberanian mengambil risiko menjadi kunci untuk menambah cadangan dan meningkatkan produksi. Minimnya eksplorasi dalam beberapa tahun terakhir berimbas langsung pada lambatnya pertumbuhan cadangan migas Indonesia.
"Ketika tidak berani mengambil risiko, maka tidak akan berjalan ke mana-mana. Jadi wajar jika cadangan dan produksi tidak bertambah karena eksplorasinya pun tidak bertambah," kata dia.
(Dhera Arizona)