RI Kaya Hayati Tapi 90 Persen Bahan Baku Industri Kosmetik Masih Impor

IDXChannel - Ketua Bidang Perdagangan Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi), Shelly Taurhesia mengungkapkan, dalam mengembangkan industri kosmetika di Tanah Air, pasokan bahan baku masih menjadi masalah krusial.
"Bahan baku adalah isu terbesar buat kami. Memang kita adalah negara biodiversity (kaya keanekaragaman hayati), namun untuk persyaratan bahan tersebut bisa dipakai sebagai bahan baku kosmetik masih banyak persyaratan-persyaratannya yang datanya belum tersedia," ujar Shelly dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (24/1/2022).
Dia juga mengatakan bahwasanya hingga saat ini 90% bahan baku kosmetik lokal masih impor dari negeri tetangga.
Adapun hal yang menjadi sorotannya yakni salah satu jenis bahan baku kosmetik adalah Crude Palm Oil (CPO). Seperti diketahui bersama harga CPO sedang tinggi, tentu ini berpengaruh pada biaya produksi kosmetik dalam negeri.
"90% bahan baku kosmetik itu masih impor. Nah kami khawatir, karena kosmetik juga ada yang merupakan turunan dari CPO. Kaya misalnya bahan dasar pembersih. Kenaikan harganya signifikan," terangnya.
Tak hanya itu, Shelly juga menyebut bahwa biaya logistik pun menjadi persoalan yang dihadapi industri kosmetika. Seperti kelangkaan kontainer, maupun penerapan kembali kewajiban laporan surveyor.
Adapun tantangan lainnya adalah kosmetik ilegal dan palsu. Diutarakannya, dengan bertumbuhnya e-commerce merupakan peluang namun juga menjadi tantangan tersendiri bagi industri kosmetika.
"Contohnya, di AliExpress. Produk masker wajah Bisutang dengan klaim mengecilkan pori-pori. Produk ini tidak terdaftar di Badan POM. Jadi produknya ilegal, kita nggak tahu market placenya sudah berizin apa belum. Tapi yang jelas ini produk saingan kita. Baik itu kosmetik impor legal ataupun kosmetik dalam negeri," tukasnya. (TIA)