sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

RI Ketiban ‘Durian Runtuh’ Surplus Transaksi Berjalan di 2022, Sampai Kapan?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
21/02/2023 12:52 WIB
Indonesia berhasil menikmati ‘durian runtuh’ transaksi berjalan sepanjang 2022.
RI Ketiban ‘Durian Runtuh’ Surplus Transaksi Berjalan di 2022, Sampai Kapan? (Foto: MNC Media)
RI Ketiban ‘Durian Runtuh’ Surplus Transaksi Berjalan di 2022, Sampai Kapan? (Foto: MNC Media)

Bakal Sampai Kapan?

Meningkatnya ekspor nonmigas ini menghasilkan surplus perdagangan mencapai USD54,46 miliar, yang juga merupakan rekor tertinggi bagi Indonesia.

Indonesia adalah pengekspor minyak kelapa sawit dan batubara termal terbesar di dunia. RI juga merupakan pemasok utama produk timah, tembaga, karet dan nikel, di antara komoditas lainnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengekspor batu bara seberat 360,28 juta ton sepanjang 2022, tumbuh 4,29% dibanding 2021.

Kendati volumenya hanya naik tipis, nilai ekspor batu bara Indonesia melonjak sangat tajam seperti terlihat pada grafik.

BPS mencatat nilai ekspor batu bara Indonesia pada 2022 mencapai USD46,74 miliar, naik 76,16% dibanding 2021 sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam dua dekade terakhir.

Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, mengatakan surplus neraca berjalan yang tinggi mungkin tidak akan terulang tahun ini, karena harga komoditas utama telah mengalami perlambatan dalam beberapa bulan terakhir.

"Saya kira ekspor tahun ini tidak sebaik tahun lalu. Ekonomi dalam negeri juga membaik, artinya impor produk juga akan lebih tinggi," ujarnya, dikutip Reuters, Selasa (21/2).

Dia memproyeksikan transaksi berjalan Indonesia tahun ini bisa mencapai defisit sekitar 0,5% dari PDB.

Pada kuartal terakhir 2022, Indonesia membukukan surplus neraca pembayaran sebesar USD4,7 miliar.

Batubara sempat mencapai harga all-time high (ATH) di 2022 mencapai USD457,80 per ton pada awal Mei 2022 lalu mengutip data Barchart.

Namun, harga batu bara diperdagangkan di harga USD205,65 per ton pada Senin (20/2). Harga ini telah anjlok USD185,25 atau setara 47.39% sejak Agustus 2022 lalu. (Lihat tabel di bawah ini.)

Sementara Minyak Sawit Berjangka diperdagangkan di level MYR4.095,00 pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (21/2). Pada 2022, harga CPO juga sempat ATH mencapai MYR7104 di akhir April 2022 lalu.

Dalam Catatan Awal Ekonomi 2023 INDEF pada Januari lalu, ekonom senior Faisal Basri mengkritisi surplus neraca perdagangan Indonesia.

Menurutnya, rekor surplus neraca perdagangan Indonesia bukan karena ekspor RI tumbuh lebih cepat ketimbang impor, melainkan hanya disumbang oleh beberapa komoditas.

"Ekspor kita yang melonjak itu lebih disebabkan oleh segelintir komoditas, bukan kemampuan ekspor Indonesia yang merata. Kita lihat ekspor yang meningkat sampai 77 persen tahun ini, tahun lalu 90 persen naiknya, itu batu bara," ujar Faisal, Kamis (5/1).

Ini menjadi sinyal ketimpangan ekspor yang bisa berdampak signifikan terhadap fondasi ekonomi RI di masa depan. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement