IDXChannel - Harga minyak sawit beranjak naik setelah Indonesia memutuskan untuk menyetop ekspor crude palm oil (CPO). Analis asing mengkhawatirkan kebijakan tersebut dapat memperburuk inflasi pangan global.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (25/04/2022), kontrak untuk pengiriman CPO pada Juli naik sebanyak 7 persen menjadi 6.799 ringgit (USD1.564) per ton di kuala lumpur, tertinggi sejak 11 Maret.
Langkah Indonesia yang menyumbang hampir 60 persen dari pasokan minyak sawit global, menambah panjang daftar proteksionisme pangan di seluruh dunia sejak perang di Ukraina berlangsung pada akhir Februari 2022 lalu.
Larangan ekspor minyak goreng menambah inflasi pangan global yang telah meningkat dengan kecepatan tinggi dan meningkatkan resiko krisis pangan serta kelaparan besar-besaran.
“Penghentian pengiriman minyak goreng dan bahan bakunya yang banyak digunakan dalam produk mulai dari kue hingga kosmetik dapat meningkatkan biaya bagi produsen makanan kemasan secara global,” kata manajer senior komoditas di Phillip Nova, Avtar Sandu, dilansir dari Bloomberg.
Dia menambahkan, langkah mengejutkan itu telah meninggalkan banyak pertanyaan soal pasokan yang belum terjawab. Terutama karena larangan itu bersamaan dengan gangguan pasokan minyak nabati lainnya.
Salah satunya, pasokan minyak bunga matahari yang menghadapi masalah peperangan yang masih berlangdung di kawasan Laut Hitam.
Sementara pasokan terbatas dan harga melonjak akan memperburuk inflasi bahan makanan seperti saus salad dan mayones di ekonomi kaya seperti AS, negara-negara berkembang seperti India akan merasakan dampak terburuk.
Negara-negara tersebut bergantung pada impor minyak sawit sebagai alternatif yang lebih murah dibandingkan minyak kedelai, bunga matahari dan kanola yang lebih mahal. (TYO/TIRTA)