Adapun IBC berencana memproduksi baterai kendaraan listrik pertama sebesar 10 GWH dan 5.000 stasiun penukaran baterai (swap battery) di tahun 2024. Produksi baterai dari pabrik hasil kerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, LG dan Hyundai.
Toto melanjutkan, bila semua investasi itu direalisasi dan ekosistem kendaraan listrik sudah terbangun, akan memberikan benefit berganda bagi Indonesia, mulai dari genjot pendapatan negara sampai serap tenaga kerja.
"Manfaatnya kalau kita lakukan hilirisasi ke eV baterai dan eV ekosistem, pengurangan emisi CO2 hampir 14 juta ton per tahun, itu ekuivalen dari 8-10 persen transportasi," kata Toto.
Manfaat kedua adalah penurunan impor BBM. Orang yang pernah bekerja di Pertamina itu mengatakan, dalam satu tahun Indonesia pernah mengimpor BBM dan LPG mencapai Rp500 triliun.
"Kalau kita menggunakan mobil eV itu akan menghemat hampir 26 juta barel, itu ekuivalen hampir USD 4-5 miliar per tahun," kata Toto.