“Hari ini sudah Rp15.000 lebih kurs atas USD. Maka kita harus subsidi BBM ini Rp635 triliun,” sambung Bahlil.
Bahlil mengatakan, yang memprihatinkan, sebesar 70% tidak tepat sasaran. Sebab subsidi BBM tersebut justru jatuh ke kelompok orang yang berkecukupan. Oleh karena itu, pemerintah mengalihkan subsidi tersebut langsung ke kalangan tidak mampu.
Menteri Bahlil memaparkan, ancaman krisis di dalam negeri tidak lepas dari dinamika krisis global yang datang silih berganti. Krisis global berawal dari perang dagang, antara China dan Amerika Serikat, disusul krisis kesehatan yakni Covid-19.
Kemudian kondisi ini diperparah oleh perang antara Rusia dan Ukraina. Selain itu, menanti di depan mata, ketegangan antara Taiwan dan China, sehingga adanya konflik tersebut membuat harga minyak dunia terkerek. Di satu sisi, sekitar setengahnya kebutuhan minyak dalam negeri masih dipenuhi dari impor.
(FAY)