IDXChannel - Singapura, sebuah negara kecil di Asia Tenggara terkenal salah satu negara dengan program perumahan publik terbaik di dunia. Keberhasilan ini sebagian besar disebabkan oleh prioritas pemerintah Singapura dalam agenda kebijakannya.
Selama masa kolonial Inggris, Singapura menghadapi pertumbuhan populasi yang eksplosif, yang menyebabkan krisis perumahan. Banyak warga Singapura tinggal di kondisi perumahan yang tidak aman atau penuh sesak, seperti daerah kumuh dan bangunan yang konstruksinya buruk.
Setelah memperoleh pemerintahan sendiri pada 1959, pemerintah baru dengan cepat mengatasi masalah ini dengan membentuk Housing Development Board (HDB) atau Badan Pembangunan Perumahan.
HDB diberikan kewenangan luas untuk memperoleh dan membangun kembali lahan, dengan kewenangan untuk mengambil secara paksa sebidang tanah di Singapura untuk membangun gedung-gedung publik hingga 1989.
Dewan ini sangat sukses dalam menjalankan tugasnya di negara berpenduduk hanya beberapa juta orang. Dewan ini membangun lebih dari 120 ribu unit rumah dalam dekade pertama, dan 82% dari seluruh warga Singapura saat ini tinggal di perumahan umum.
Sebanyak 95% unit rumah dihuni oleh pemiliknya di Singapura, jika dibandingkan dengan kurang dari 70% di Kota Vancouver dan kurang dari 80% di Toronto.
Menghadapi Harga Perumahan yang terus Melonjak
Meskipun terdapat peraturan pemerintah yang ketat, harga rumah di Singapura juga melonjak. Harga rumah di Singapura telah meningkat lebih dari 80% sejak 2009.
Peningkatan ini menyulitkan banyak warga Singapura untuk membeli rumah, khususnya mereka yang berpendapatan rendah.
Selain itu, kelompok tertentu seperti generasi muda yang belum menikah, dan non-warga negara yang tidak dapat mengakses perumahan pemerintah bersubsidi menghadapi kesulitan yang lebih besar.
Banyak yang terpaksa menyewa, namun meningkatnya biaya sewa membuat pilihan ini semakin tidak terjangkau.
Harga unit rumah individu bisa jauh lebih tinggi. Misalnya saja, harga unit perumahan pemerintah mulai lebih dari SGD1 juta, sementara pilihan perumahan swasta, yang merupakan bagian penting lainnya dari pasar perumahan di Singapura, dapat terjual dengan harga lebih dari SGD2,5 juta.
Lonjakan ini terutama disebabkan oleh melambatnya pembangunan unit rumah baru di masa pandemi.
Kesenjangan antara penawaran dan permintaan semakin diperburuk dengan meningkatnya arus penduduk asing dan investasi ke Singapura karena pelonggaran pembatasan perbatasan setelah pandemi ini.
Selain melonjaknya harga rumah, pada 2022 juga terjadi kenaikan sebesar 30% pada harga sewa perumahan swasta dan pemerintah di negara kota tersebut.
Apa yang Dilakukan Singapura?
Tindakan cepat diambil oleh pemerintah Singapura untuk menurunkan harga rumah, dengan mengeluarkan daftar kebijakan dalam beberapa bulan terakhir untuk mencegah penjualan kembali.
Misalnya, perumahan umum di daerah dengan permintaan tinggi yang dijual di pasar sekunder, kini hanya dapat dijual kepada orang-orang yang juga memenuhi syarat untuk mendapatkan perumahan umum bersubsidi.