IDXChannel - Singapura terkenal sebagai negara di Asia Tenggara dengan biaya hidupnya yang tinggi. Benarkah Singapura adalah negara yang mahal? Selama delapan dari 10 tahun, Singapura dinobatkan sebagai kota termahal di dunia, menurut Economist Intelligence Unit (EIU)’s Worldwide Cost of Living.
Padahal, Singapura hanyalah sebuah titik merah kecil di peta dunia, yang berukuran 50 km dari timur ke barat dan 27 km dari utara ke selatan. Namun, berkat pertumbuhan ekonomi yang kuat selama bertahun-tahun, biaya hidup dan standar hidup meningkat akibat inflasi.
Namun jika melihat data nasional, rata-rata tingkat inflasi umum selama periode 20 tahun (2002-2022) cukup rendah yaitu sebesar 1,86%. Selain itu, median pendapatan kotor bulanan dari pekerjaan, tercatat sebesar USD5.070 pada 2022, tumbuh dengan laju yang lebih cepat dibandingkan inflasi.
Jadi, apakah Singapura memang semahal itu?
Untuk menjawab hal ini, perlu dicatat bahwa laporan EIU berasal dari sudut pandang ekspatriat dan bukan sudut pandang lokal.
Oleh karena itu, jika Anda memperhitungkan berbagai subsidi pemerintah, biaya hidup sehari-hari masyarakat setempat, dan lain-lain, biaya hidup sebagai warga Singapura jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan apa yang digambarkan dalam laporan tersebut.
Namun terlepas Anda orang lokal atau bukan, tinggal di Singapura tetap dianggap mahal. Berikut beberapa alasannya dilansir dari Smart Wealth, Jumat (22/12/2023).
1. Terbatasnya lahan
Kelangkaan lahan mungkin merupakan salah satu faktor yang paling berkontribusi terhadap tingginya biaya di Singapura.
Singapura memiliki luas daratan 733,1 km² dan jumlah penduduk total 5.453.600 jiwa, menempati peringkat ketiga di dunia dalam hal kepadatan penduduk.
Dengan bertambahnya populasi warga Singapura dan orang asing, perencanaan yang cermat untuk memaksimalkan penggunaan lahan sangatlah penting.
Pemerintah berupaya untuk mengambil alih kembali lahan sebanyak mungkin, namun hanya ada sedikit yang bisa dilakukan.
2. Sumber daya alam yang sangat sedikit
Bisa dikatakan bahwa Singapura hanya mempunyai sedikit sumber daya alamnya.
Namun, negara ini mempunyai beberapa keunggulan kompetitif, salah satu keunggulan yang paling kuat adalah lokasi pelabuhannya yang strategis di peta dunia, yang menghubungkan perdagangan Timur-Barat.
Singapura menduduki peringkat ibu kota maritim terbaik dunia selama empat tahun berturut-turut dan merupakan pelabuhan tersibuk kedua di dunia. Pelabuhan Singapura memiliki kontribusi atas kesuksesan Singapura selama bertahun-tahun.
Meskipun potensi pembangunan Terusan Kra di Thailand – yang memungkinkan kapal-kapal melewati Singapura – dapat menghambat aktivitas pelabuhan di masa depan, pemerintah telah membuat rencana untuk memastikan kelangsungan pelabuhan-pelabuhan tersebut.
Selain itu, Singapura juga berhati-hati untuk tidak menaruh semua perhatiannya pada satu keranjang dengan melakukan diversifikasi ke kegiatan lain yang menghasilkan PDB.
3. Singapura harus mengimpor banyak kebutuhan
Pertama, mereka harus mengimpor air dari negara tetangganya. Singapura membutuhkan 430 juta galon air sehari, dan saat ini mampu menerima hingga 250 juta galon air sehari dari Malaysia.
Kedua, lebih dari 95% listrik Singapura dihasilkan dari gas alam impor, sebagian besar berasal dari Malaysia dan Indonesia.
Kemudian, lebih dari 90% makanan yang dikonsumsi di Singapura adalah impor.
Mengandalkan kebutuhan dasar pada pihak lain tidak hanya menimbulkan biaya tambahan, tetapi juga dapat membuat Singapura berada dalam situasi genting jika ketegangan muncul.