Mindaugas juga menambahkan bahwa berdasarkan riset dari Litbang Kompas, pendapatan pemilik toko kelontong SRC pada tahun 2019 mencapai hampir Rp 70 triliun atau setara dengan 4,1 persen PDB ritel. Lebih jauh, 58 persen pemilik toko kelontong SRC adalah perempuan, dan 30 persen di antaranya berperan menafkahi keluarga.
“Antusiasme terhadap SRC juga terjadi pada pelanggan. Hingga Februari 2021, ada lebih dari 939.000 pelanggan telah terdaftar dalam aplikasi AYO SRC. Dalam aspek B2B (business to business), terdapat 80.000 pengguna aktif setiap minggunya dan tercatat 5,5 juta pemesanan terjadi di dalam platform dengan nilai transaksi lebih dari Rp 9 triliun sepanjang tahun 2020,” tambah Mindaugas.
Melalui SETC, Sampoerna memberikan pelatihan kewirausahaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan usaha. Sejak situasi pandemi berlangsung, SETC berfokus pada kurikulum tentang pemasaran online dan penggunaan media sosial untuk bisnis. Hingga akhir 2020, sebanyak 54.500 pelaku UMKM telah menerima pelatihan dari SETC.
Kontribusi dan dukungan Sampoerna terhadap UMKM juga diwujudkan lewat Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang didirikan pada tahun 2007 di Pasuruan, Jawa Timur.
Mindaugas kembali menegaskan bahwa Sampoerna berkomitmen untuk menjangkau dan memberdayakan pelaku UMKM secara berkelanjutan, terutama dengan pengembangan kapasitas di bidang digital dan pemanfaatan teknologi untuk membangun bisnis.