Sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (28/9/2022), harga minyak mentah Brent terpantau naik pada hari Selasa karena pemotongan pasokan Teluk AS, naik lebih lanjut di tengah potensi proposal Rusia, dengan kontrak naik hampir empat persen ke sesi tertinggi USD87,15 per barel.
Bulan Agustus lalu, OPEC telah memproduksi 3,58 juta barel per hari di bawah target mereka, karena beberapa anggotanya berada di dalam sanksi dan kurangnya investasi.
Awal bulan ini, JP Morgan menyatakan keyakinannya bahwa OPEC+ mungkin membutuhkan intervensi berupa pemotongan hingga satu juta barel per hari demi menghindari tren penurunan harga dan menyeimbangkan kembali pasar.
"Hanya pengurangan produksi oleh OPEC+ yang dapat mematahkan momentum negatif dalam jangka pendek," ujar Analis UBS, Giovanni Staunovo dan Wayne Gordon, dalam laporan tersebut.
Sementara, Rusia sejauh ini masih mempertahankan produksi minyak di tengah sanksi Barat pada sektor energi dan keuangannya seiring invasinya ke Ukraina. Meski begitu, Arab Saudi tidak mengutuk tindakan Moskow yang tetap berproduksi, di tengah hubungan yang sulit dengan pemerintahan Presiden AS, Joe Biden.