5. Industri Makanan dan Minuman
Sektor makanan dan minuman Indonesia juga terjebak dalam pusaran dampak tarif ini.
Produk unggulan seperti kopi, kelapa, kakao, minyak sawit, dan produk perikanan yang menjadikan AS sebagai pasar utama kini menghadapi ketidakpastian.
"Kompleksitas situasi ini diperparah oleh ketergantungan timbal balik, di mana Indonesia juga mengimpor bahan baku penting dari AS seperti gandum, kedelai, dan susu. Ketegangan dagang berpotensi merusak rantai pasok dua arah yang telah terbangun selama bertahun-tahun," ujar Research Associate Professor CORE Indonesia, Sahara, melalui keterangan tertulis, Sabtu (19/4/2025).
6. Industri Elektronik
Industri elektronik dan peralatan listrik Indonesia, dengan 63,3 persen ekspornya terarah ke AS, menghadapi prospek yang mengkhawatirkan.
Sektor yang telah berkembang menjadi kontributor utama dalam ekspor berteknologi menengah Indonesia ini terintegrasi dalam rantai pasok global.
Gangguan akibat tarif tidak hanya akan memukul industri elektronik, tetapi juga merambat ke industri hulu seperti logam dan plastik, menciptakan efek domino yang merusak seluruh ekosistem manufaktur.
Meskipun totalnya hanya 9 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia, konsentrasi dampak pada sektor-sektor padat karya ini berpotensi menciptakan krisis ketenagakerjaan yang substansial.
"Efek berantai pada rantai pasok domestik dapat menimbulkan gelombang gangguan ekonomi yang melampaui angka statistik, menuntut respons strategis yang cepat dan tepat dari pemerintah Indonesia," ujar Sahara.
(NIA DEVIYANA)