Konsep travel bubble yang akan diterapkan untuk kru, official, pembalap, serta para panitia yang terlibat dalam MotoGP ini lebih kurangnya sama dengan travel bubble yang sedang diujicobakan untuk wisman Singapura ke Indonesia. Dimana mereka akan melakukan tes-PCR sebelum keberangkatan dan saat ketibaan.
Mereka juga hanya boleh berkegiatan di gelembung Mandalika. Sementara itu, untuk para penonton tidak dikenakan travel bubble, karena Menparekraf memprediksi sebanyak 90 persen penonton yang datang adalah wisatawan nusantara.
“Nanti teknisnya mereka tetap menggunakan surat edaran yang diterbitkan bahwa berkegiatan dengan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin. Jadi untuk penonton, mereka bebas berwisata di sekitar NTB. Namun, tidak untuk para pembalap, kru, dan teknisi serta para panitia yang menggunakan sistem travel bubble,” tutur Menparekraf.
“Untuk skema karantina sendiri akan disesuaikan dengan situasi pandemi terkini. Tapi kami harapkan dengan jumlah penonton yang 100 ribu, dengan data-data yang segera masuk dari penyelenggara, kita bisa menetapkan travel bubble seperti apa dengan prioritas penanganan pandemi agar MotoGP tidak menjadi pemicu dari kasus COVID-19,” lanjutnya.