sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Serangan Houthi Bikin Raksasa Migas Jauhi Laut Merah, Harga Minyak Aman?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
19/12/2023 17:18 WIB
Serangan kelompok Houthi di Laut Merah yang terjadi pada akhir pekan lalu membuat para perusahaan migas khawatir terhadap keselamatan kapal-kapal mereka.
Serangan Houthi Bikin Raksasa Migas Jauhi Laut Merah, Harga Minyak Aman? (Foto: Reuters)
Serangan Houthi Bikin Raksasa Migas Jauhi Laut Merah, Harga Minyak Aman? (Foto: Reuters)

IDXChannel - Serangan kelompok Houthi di Laut Merah yang terjadi pada akhir pekan lalu membuat para perusahaan migas khawatir terhadap keselamatan kapal-kapal pengirim minyak mereka.

Salah satunya adalah raksasa migas asal Inggris, BP yang mengumumkan pada Senin (18/12/2023) bahwa mereka akan mengalihkan sementara kapal tankernya menjauh dari Laut Merah.

Kondisi ini membuat harga minyak mentah sempat mencapai titik tertinggi dalam dua minggu. Minyak mentah Brent naik 1,8 persen pada hari Senin (18/12/2023) dan mencapai USD78 per barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencapai USD72 per barel.

Meningkatnya harga minyak ini seiring dengan kekhawatiran terganggunya pasokan dari kawasan tersebut. Apalagi, Timur Tengah sangat mengandalkan jalur perdagangan Laut Merah, terutama Terusan Suez untuk pengiriman minyak.

Meski demikian, harga minyak sudah melandai pada perdagangan Selasa (19/12) dengan Brent turun 0,48 persen di level USD 77,57 per barel dan WTI turun 0,26 persen di level USD72,63 per barel. (Lihat grafik di bawah ini.)

BP telah bergabung dengan banyak perusahaan lain, terutama perusahaan kargo yang menghentikan pengiriman melalui Terusan Suez.

“Mengingat memburuknya situasi keamanan pengiriman di Laut Merah, BP memutuskan untuk menghentikan sementara semua transit melalui Laut Merah. Kami akan terus meninjau jeda pencegahan ini, tergantung pada keadaan yang berkembang di wilayah ini,” kata perusahaan tersebut dalam pernyataan resmi.

Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) menjanjikan upaya internasional untuk memerangi situasi tersebut.

Saat berkunjung ke Israel pada Senin (18/12) Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin juga mengatakan serangan tersebut sembrono, berbahaya dan melanggar hukum internasional.

“Jadi kami mengambil tindakan untuk membentuk koalisi internasional untuk mengatasi ancaman ini. Ini bukan hanya masalah AS, ini adalah masalah internasional dan patut mendapat tanggapan internasional,”kata Austin.

Austin mengatakan dia mengadakan pertemuan virtual pada Selasa (19/12) dengan para menteri di wilayah tersebut untuk memastikan kebebasan navigasi di wilayah tersebut.

Perusahaan energi Norwegia, Equinor juga memilih untuk mengubah rute jalur kapalnya di wilayah tersebut, tetapi belum membuat keputusan mengenai aktivitas di masa depan.

Kelompok kapal tanker minyak Frontline mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya akan menghindari jalur melalui Laut Merah dalam waktu dekat.

Sebelumnya, raksasa pelayaran MSC, Hapag-Lloyd, CMA CGM dan Maersk juga telah mengumumkan penangguhan perjalanan melalui Laut Merah karena ancaman drone. Ini berarti terputusnya akses utama antara Eropa dan Asia melalui Timur Tengah dan Afrika Utara.

Kapal pengangkut bahan bakar Maersk memilih menghindari wilayah tersebut namun berpotensi membuat kebutuhan bahan bakar membengkak hingga ribuan mil.

Maersk mengatakan pada Kamis (14/12) bahwa kapal pengangkut bahan bakarnya dapat melewati Laut Merah untuk menghindari potensi bahaya. Jika perusahaan memilih untuk melewati Laut Merah, maka akan melewati Terusan Suez. Namun, mereka memilih menambah jarak ribuan mil dalam perjalanan mereka.

Kondisi ini akan menambah jumlah waktu perjalanan dan menghabiskan lebih banyak bahan bakar. Namun di sisi lain, hal ini dapat menghemat biaya asuransi yang meningkat sejak Houthi meningkatkan serangannya.

Di samping itu, analis CMC Markets, Tina Teng mengatakan, meskipun harga stabil saat ini, potensi risiko yang disebabkan oleh gangguan pasokan dan kerusuhan di Timur Tengah dapat membawa volatilitas yang signifikan pada pasar minyak.

Simon Heaney, manajer senior penelitian peti kemas di Drewry, menyoroti ketidakpastian besar yang dihadapi industri pelayaran saat ini, khususnya seputar berapa lama situasi saat ini akan berlangsung.

Menurutnya, ini akan menambah tekanan pada rute perdagangan global karena kenyataan bahwa akses ke Terusan Panama, rute utama lainnya, sangat dibatasi karena rendahnya permukaan air sehingga menghambat kapal untuk melintas. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement