Platform e-commerce baru sering kali menarik penjual dengan biaya jasa aplikasi yang rendah dan menarik. Namun, angka ini semakin meningkat seiring berjalannya waktu karena semakin banyak penjual yang bergantung pada platform tersebut, sehingga menjadikan lingkungan e-commerce lebih berharga bagi penjual.
“Berdasarkan data, hal tersebut telah menjadi tren di Shopee sejak 2019. Namun, kecuali pada periode Covid-19 2020-2021, pertumbuhan biaya jasa ini mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan pertumbuhan GMV,” imbuh Dealstreet Asia.
Pada 2023, take-rate aplikasi Shopee juga dilaporkan telah melampaui batas tertinggi di atas 10 persen, di tengah para pengguna yang tidak bersedia membayar lebih.
Ketika tingkat biaya jasa Shopee turun kembali di bawah 10 persen pada kuartal ketiga tahun lalu, terjadi peningkatan pesat dalam pertumbuhan GMV.
Jika terus terjadi kenaikan biaya jasa aplikasi yang melampaui batasan, maka bukan tidak mungkin pelanggan Shopee akan beralih ke kompetitor.
Sebagai informasi Sea Ltd juga mencatatkan lonjakan pendapatan 23 persen year-on-year (yoy) menjadi USD3,7 miliar selama kuartal Januari-Maret 2024 dari sebelumnya USD3 miliar selama periode yang sama tahun lalu, menurut laporan keuangan kuartalan perusahaan.
Namun, total EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA) untuk kuartal tersebut turun 21 persen menjadi USD401 juta dibanding USD507,2 juta pada Q1 2023, meskipun lebih tinggi dari USD126,7 juta pada kuartal sebelumnya.
Perusahaan juga melaporkan kerugian bersih sebesar USD23 juta pada Q1 2024, berbeda dengan laba bersih positif sebesar USD87,3 juta selama Q1-2023.
"Saya senang untuk berbagi bahwa kami memulai 2024 dengan kuartal yang kuat. Ketiga bisnis kami telah memberikan pertumbuhan yang kuat dengan profil keuntungan yang ditingkatkan," kata Forrest Li, CEO Sea Ltd. (ADF)