IDXChannel - Di tengah ancaman resesi yang semakin nyata, Bank Sentral Singapura kembali memperketat kebijakan moneter untuk yang kelima kalinya pada 2022, menyusul inflasi yang semakin tinggi dan ketidakpastian ekonomi.
Melansir Bloomberg, Jumat (14/10/2022), Bank Sentral Singapura kembali memusatkan kebijakan mata uang ke Indeks Nilai Tukar Riil Efektif Nominal yang berlaku.
Kebijakan tersebut diputuskan berdasarkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari prediksi kuartal terakhir. Hal ini juga menandakan bahwa kenaikan harga dan kondisi keuangan yang lebih ketat dapat mengurangi jumlah permintaan.
"Pertumbuhan PDB Singapura akan berada di bawah tren pada 2023, dan risiko penurunan telah meningkat," demikian pernyataan bank sentral.
"Pada kuartal-kuartal mendatang, hambatan aktivitas ekonomi dari pengetatan kebijakan moneter yang disinkronkan secara global akan meningkat. Sementara inflasi harus moderat dan akan tetap tinggi untuk beberapa waktu," imbuh pernyataan tersebut.
Ancaman resesi dan konflik geopolitik membuat ekonomi Singapura tidak sempat berbuat banyak untuk bangkit pasca pandemi Covid-19. Hal ini terjadi karena ekonomi Singapura yang bergantung pada perdagangan, di mana ancaman resesi serta konflik geopolitik membuat keadaan semakin memburuk.
Perusahaan manufaktur mengalami kontraksi dan jaga keuangan tumbuh melambat pada kuartal tiga dibandingkan dengan periode April-Juni.
Setelah kebijakan pengetatan moneter dilakukan, dolar Singapura menguat 0,7% menjadi 1,4208 per dolar Amerika Serikat (USD). Selain bank sentral Singapura, Federal Reserve diperkirakan juga akan menaikkan suku bunga pada November mendatang. Data terbaru menunjukkan harga konsumen Amerika Serikat ukuran inti naik ke level tertinggi dalam empat dekade terakhir.
Keputusan bank sentral Singapura telah diprediksi secara tepat oleh empat dari sembilan belas ahli ekonomi yang disurvei oleh Bloomberg. Sembilan belas ahli memproyeksi pengetatan dilakukan bank sentral, enam ahli memproyeksi penyesuaian kondisi, dan sembilan ahli memproyeksi bank sentral menggunakan kedua strategi tersebut. (NIA)