sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Skandal Daihatsu Jepang dan Nasib Industri Otomotif RI di 2024

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
05/01/2024 07:30 WIB
Memasuki 2024, industri otomotif dihadapkan oleh sejumlah tantangan dan peluang baru.
Skandal Daihatsu Jepang dan Nasib Industri Otomotif RI di 2024. (Foto: MNC Media)
Skandal Daihatsu Jepang dan Nasib Industri Otomotif RI di 2024. (Foto: MNC Media)

Dalam laporan keuangan ASII, pendapatan dari Astra Daihatsu mencapai Rp58,43 triliun selama 9 bulan di 2023. Angka ini naik 6,03 persen dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp55,11 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)

Kendati terjadi pertumbuhan pendapatan, laba periode berjalan Daihatsu mengalami penurunan sepanjang sembilan bulan pertama 2023, yakni sebesar 16,34 persen.

Penurunan ini akibat adanya kenaikan biaya material yang sebagian masih diserap oleh entitas ASII tersebut.

Hal ini sempat dijelaskan Head of Corporate Investor Relations Astra International Tira Ardianti di mana adanya kenaikan harga material maupun harga komoditas dunia beberapa waktu lalu telah berdampak pada biaya produksi manufaktur.

Namun demikian, pabrik tidak bisa langsung menaikkan harga jual sebesar kenaikan biaya tersebut. Alhasil sebagian besar biaya pun terpaksa ditanggung oleh perseroan.

Tercatat Daihatsu membukukan laba Rp2,27 triliun alias turun 16,34 persen secara tahunan (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar Rp2,72 triliun.

Jumlah aset Daihatsu tercatat mencapai Rp26 triliun hingga September 2023, turun dari Rp29,11 triliun yang dicapai pada 31 Desember 2022. Total liabilitas Daihatsu mencapai Rp11,92 triliun, turun dari Rp15,1 triliun dibandingkan posisi 31 Desember 2022.

Outlook Industri Otomotif 2024

Memasuki 2024, industri otomotif dihadapkan oleh sejumlah tantangan dan peluang baru.

Tak hanya soal skandal manipulasi uji keselamatan, Gaikindo menyebutkan pasar otomotif nasional relatid stagnan di angka satu jutaan unit setiap tahun selama satu dekade terakhir

Hal ini dikarenakan oleh pengaturan pajak yang dinilai industri berlu untuk dibenahi. Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, harus ada dukungan dari pemerintah agar pasar otomotif Indonesia keluar dari stagnansi. Salah satunya harus ada relaksasi pajak.

“Justru dengan relaksasi (pajak) ekonomi tumbuh, income pemerintah terjaga karena volume penjualan otomotif meningkat,” ujar Bob.

Tak hanya itu, industri otomotif harus mulai beradaptasi dengan pergeseran penggunaan kendaraan konvensional ke kendaraan listrik.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara mengatakan bahwa Indonesia berpotensi untuk bisa menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik (electric vehicle, EV).

“Berbicara EV Indonesia harusnya menjadi tempat pusat industri. Sebab, raw materialnya ada di sini,” ujar Kukuh, Jumat (22/12).

Kukuh menambahkan, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang punya industri kendaraan bermotor maka Indonesia yang harusnya paling unggul. Ini karena pembuatan baterai EV membutuhkan sumber daya nikel yang dimiliki Indonesia.

Untuk itu, Gaikindo optimis bahwa tren investasi di sektor otomotif akan tumbuh positif pada 2024 ini. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement