"Belum terlalu berdampak pada produksi di 2022 karena kegiatan bor banyak dimulai di pertengahan tahun yang mestinya ini kita sudah agendakan di Januari-Februari, mudah-mudahan ke depan bisa diperbaiki untuk bisa memanfaatkan awal tahun," ujarnya.
Lanjutnya, dengan catatan rencana pengeboran pada tahun 2023 yang cukup masif membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sudah mulai kesulitan mendapatkan rig.
"Saat ini kami sudah mulai kesulitan untuk mendapatkan rig," ungkapnya.
Dwi menyebut, dari kegiatan pengeboran tersebut, sejumlah Wilayah Kerja (WK) yang secara aktif melakukan pengeboran bisa mengerem penurunan (decline), sehingga tahun ini produksi migas lebih flat.
Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran terdapat masalah di fasilitas, sehingga membuat produksi Migas yang sebelumnya naik menjadi tertahan.
Dwi menilai kegiatan pengeboran yang aktif di WK juga masih tertahan karena adanya penurunan lifting minyak ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).