Menurutnya, beberapa hal yang menjadi tantangan dalam pemboran sumur pengembangan adalah ketersediaan rig yang sesuai dengan kebutuhan, serta saat ini kompetisi mendapatkan alat pemboran tersebut sangat ketat sehingga berdampak pada peningkatan harga.
"SKK Migas dan KKKS berusaha keras agar semua kebutuhan rig dapat terpenuhi dengan tetap melakukan optimalisasi biaya yang telah ditetapkan. Karena kami juga ingin menjaga biaya-biaya operasional hulu migas tetap efisien sehingga masih masuk dalam koridor biaya yang telah ditetapkan dalam cost recovery yang telah ditetapkan oleh Pemerintah," tuturnya.
Ia menambahkan, pihaknya memberikan apresiasi atas sinergitas dan kolaborasi antar KKKS dengan melakukan kontrak payung untuk jenis rig yang sama. Sehingga dapat digunakan oleh banyak KKKS dengan hanya satu payung kontrak saja. Ini juga memberikan efisiensi biaya yang signifikan dan tentu saja kepastian ketersediaan rig.
Lebih lanjut, Wahju menyampaikan bahwa saat ini SKK Migas dan KKKS melakukan optimalisasi pekerjaan pemboran dan proses mobilisasi maupun demobilisasi rig dari satu lokai ke lokasi lain dalam wilayah kerja yang sama maupun ke wilayah kerja KKKS lain yang masuk dalam kontrak payung penggunaan rig tersebut.
"Agar rig optimal, selain kami melakukan optimalisasi penggunaan rig agar sesuai dengan jadwal yang ada, kami juga melakukan upaya agar proses mobilisasi maupun demobilisasi rig bisa semakin dioptimalkan," sambungnya.