Dia mengatakan, salah satu hal yang mendasar, MNK ini sudah lebih dari potreleum industry atau lebih kepada industrial engineering. Menurutnya, pengaturan logistik menjadi hal penting sehingga ada pengaturan khusus.
"Kalau di Amerika sistemnya tax & loyalty sehingga tidak melewati birokrasi yang rumit serta fleksibel di mana mereka dapat mengajukan proses ini dalam waktu yang singkat. Kalau proses lama habis mereka karena tidak bisa ada offtime, nanti biayanya akan mahal,” ujarnya.
Potensi MNK di Indonesia ada tetapi dalam pengembangannya membutuhkan pengetahuan serta pengembangannya harus bisa sangat efisien. Oleh karena itu perlu regulasi dan dukungan fiskal tertentu. Adapun prospective resource MNK di Indonesia saat ini sebesar 6,3 miliar barrel dan untuk gas 6,1 TCF.
(NDA)