Kendati demikian, Sri menekankan bahwa pelaksanaan APBN 2022 tetap perlu menurunkan defisit APBN, dimana defisit akan dijaga 4,50% PDB atau lebih rendah dari target APBN 2022 yang sebelumnya 4,85% PDB dan realisasi 2021 sebesar 4,57% dari PDB. Penurunan defisit untuk menjaga biaya utang yang naik tajam akibat inflasi dan suku bunga.
"Pembiayaan anggaran termasuk menampung tambahan pembiayaan pendidikan dan memanfaatkan tambahan SAL sebesar Rp50 triliun," tandasnya.
Sebelumnya, Sri melaporkan bahwa penerimaan negara menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa tinggi hingga akhir April 2022. Dia memperkirakan posisi ini masih bertahan di akhir Mei 2022.
"Outlook pendapatan negara hingga akhir tahun kita perkirakan akan mencapai Rp2.266,2 triliun, artinya ini Rp420,1 triliun di atas APBN kita, ini berita baik bahwa Indonesia memiliki pendapatan yang lebih tinggi lebih dari Rp400 triliun dibanding dalam APBN," tutup Sri Mulyani. (RRD)