sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sri Mulyani Bilang Anak Muda Ogah ke Kantor, Begini Fakta dan Dampaknya

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
10/01/2023 15:42 WIB
Work from home (WFH) menjadi tren global setelah pandemi Covid-19 menghantam dunia.
Sri Mulyani Bilang Anak Muda Ogah ke Kantor, Begini Fakta dan Dampaknya. (Foto: MNC Media)
Sri Mulyani Bilang Anak Muda Ogah ke Kantor, Begini Fakta dan Dampaknya. (Foto: MNC Media)

Adapun penelitian dari Centre for Economics and Business Research (CEBR) menemukan, potensi keuntungan ekonomi dari budaya kerja yang fleksibel di AS mencapai sekitar USD2,36 triliun, dan peningkatan PDB yang diharapkan akan lebih dari 10%.

Meski telah banyak riset yang mengatakan WFH atau bekerja dari mana saja dapat memberikan dampak yang baik bagi produktivitas, tetapi belum semua elemen masyarakat setuju akan gagasan ini.

Utamanya para pemberi kerja dan pemerintah yang terkesan melimpahkan segala bentuk kebijakan kembali kepada pengusaha.

Terlihat dari respons PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, yang menyerahkan pada masing-masing perusahaan.

Sebab, saat ini kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pun telah dicabut seiring mulai melandainya kasus Covid-19.

"Kan PPKM sudah dicabut. Tidak ada (aturan rinci soal WFH). Himbauan saja (ketika cuaca ekstrem melanda)," kata Heru kepada awak media di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (5/1/2023).

Heru pun menyerahkan kebijakan WFH atau bekerja dari rumah ke masing-masing perkantoran. Terutama ketika Jakarta dikepung banjir seperti yang terjadi Rabu (4/1/2023) kemarin.

Memang, dari kebijakan WFH, yang paling akan kena dampak adalah dari sisi okupansi perkantoran.

Pada 2022, lembaga konsultan property Colliers International Indonesia menemukan tingkat hunian atau okupansi perkantoran pada kuartal I 2022 mengalami penurunan secara drastis.

Secara rinci, penurunan okupansi perkantoran di kawasan Central Business District (CBD) terjadi sebesar 3% secara kuartalan menjadi 75,3%. Sedangkan okupansi di kawasan non-CBD mengalami penurunan 3,9% secara kuartalan dan berada pada tingkat yang sama dengan CBD, yakni 75,3%.

Adapun tarif sewa dasar dalam mata uang rupiah turun 1,4% secara kuartalan (QoQ) pada Kuartal II 2022, menjadi Rp170.600 per m2 per bulan, atau menurun 7,7% secara tahunan (YoY).

Sementara sewa dalam dolar AS menjadi USD11,42 per meter persegi per bulan, atau turun 5,2% (QoQ) atau minus 10,2% (YoY).

Meskipun telah memasuki fase pelonggaran PPKM, akan tetapi tingkat okupansi gedung masih relatif rendah. Kondisi ini membuat pasar sewa ruang perkantoran di Jakarta tetap berada di bawah tekanan.

Jika WFH secara penuh diterapkan, kekhawatiran pengusaha di sektor penyedia lokasi perkantoran bisa terancam. Namun, bukan tidak mungkin jika work from anywhere (WFA) bisa menjadi solusi untuk menjembatani keresahan antara karyawan dan pengusaha. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement