sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sri Mulyani dan DPR Sepakat Defisit APBN 2023 Sebesar 2,84 Persen dari PDB

Economics editor Michelle Natalia
29/09/2022 17:57 WIB
Pemerintah bersama DPR telah menetapkan APBN 2023. Salah satunya terkait defisit APBN ditekan di bawah 3% PDB.
Sri Mulyani dan DPR Sepakat Defisit APBN 2023 Sebesar 2,84 Persen dari PDB. (Foto: MNC Media)
Sri Mulyani dan DPR Sepakat Defisit APBN 2023 Sebesar 2,84 Persen dari PDB. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Pemerintah bersama DPR telah menetapkan APBN 2023. Salah satunya terkait defisit APBN ditekan di bawah 3% PDB. Hal itu  untuk mengembalikan kesehatan APBN setelah pandemi Covid-19 dan menghadapi ketidakpastian global dan kenaikan cost of fund yang luar biasa cepat dan tinggi.

"Defisit APBN Tahun Anggaran 2023 ditetapkan sebesar 2,84% dari PDB atau secara nominal sebesar Rp598,2 triliun. Dengan besaran defisit tersebut, pemerintah dan DPR juga menyepakati bersama, bahwa APBN tahun 2023 masih membutuhkan pembiayaan utang sebesar Rp696,3 triliun untuk dapat dikelola dengan sebaik mungkin," ujar Sri dalam rapat paripurna DPR RI di Jakarta, Kamis(29/9/2022). 

Secara bertahap defisit APBN telah menurun dari 6,14% pada tahun 2020, menjadi 4,57% dalam APBN Tahun 2021, dan 4,50% dalam Perpres 98 Tahun 2022. Dengan kenaikan suku bunga dan depresiasi nilai tukar yang telah menyebabkan gejolak di sektor keuangan, maka defisit yang lebih rendah memberikan potensi keamanan bagi APBN dan perekonomian.

Instrumen APBN akan difokuskan untuk terus mendorong dan memperbaiki produktivitas dalam rangka mendukung transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. 

"Untuk itu, pemerintah harus berupaya maksimal dalam menjaga keberlanjutan penguatan pemulihan ekonomi nasional dan mendesain APBN 2023 agar memiliki fleksibilitas sebagai instrumen stabilisasi atau shock absorber dalam melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan, serta menjaga pemulihan ekonomi nasional yang semakin kuat," tegas Sri. 

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa kondisi global saat ini diwarnai oleh berbagai tantangan, mulai dari kenaikan inflasi di negara-negara maju, pelemahan nilai tukar negara-negara emerging, stagflasi, hingga potensi resesi di tahun 2023 .

Meski begitu, dia mengingatkan gejolak ekonomi global saat ini tidak untuk membuat khawatir dan gentar, justru memberikan sense bahwa perekonomian tahun ini maupun tahun depan harus dapat diantisipasi dan dikelola dengan prudent dan hati-hati. 

"APBN 2023 tentu terus diharapkan menjadi instrumen efektif dalam penjaga perekonomian, namun APBN 2023 jelas akan terus diuji dengan gejolak ekonomi yang tidak mudah dan belum mereda," ujar Sri

(FRI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement